Arisan Kambing

Waktu lagi goler-goleran di kamar, gue nguping istri lagi mendiskusikan rencana investasi bareng temen-temennya. Mereka lagi bingung milih mana yang lebih menguntungkan, arisan emas atau arisan duit dengan sistem denda.

“Arisan kambing aja,” usul gue.

“Ck, yang enggak-enggak aja sih suami!”

“Loh, beneran ini. Di beberapa daerah itu populer lho!”

Jadi sistem arisan kambing adalah: setiap bulan para peserta arisan patungan beli seekor kambing, lalu kambingnya jadi hak milik peserta yang menang arisan. Udah, gitu doang. Biasanya kambingnya dititip ke sebuah peternakan, dan tentunya sang pemilik nantinya yang harus menyetor biaya perawatan kepada pemilik peternakan.

Keuntungan arisan kambing adalah; saat kambingnya makin banyak, mereka bisa saling kawin-mawin dan berkembang biak. Alhasil, jumlah kambingnya bisa berlipat ganda dari jumlah peserta arisannya.

Tapi memang arisan kambing bukannya tanpa risiko.

Yang pertama, tentunya, kalo kambingnya mati. Bayangin kalo sebuah kelompok arisan beranggotakan 10 ibu-ibu  udah berhasil mengumpulkan 5 kambing di peternakan, lalu salah satu kambingnya mati.

“Susi, maaf ya… kambing kamu mati,” kata Wati sang ketua arisan.

“Apa?! Nggak mungkin! Lagian, tau dari mana kalo yang mati kambingku? Siapa tau kambingmu!” Susi nggak terima.

“Ya jelas kambing kamu dong. Waktu serah terima kan jelas, kambing kamu yang coklat,” kata Rini mencoba menengahi.

“Kambing kamu juga coklat! Siapa tau yang mati kambing kamu! Sudahlah, aku tau sekarang permainan ini! Kamu dari dulu memang lebih dekat sama Wati ketimbang sama aku kan!” jerit Susi sambil berlinang air mata.

Dan putuslah persahabatan. Gara-gara kambing mati.

Itu juga kalo matinya karena penyakit. Bayangin kalo matinya akibat perkelahian di antara kambing-kambing itu sendiri.

“Eh Siska, kok tumben sendirian? Biasanya kalo ke mall kan suka bareng si Rini.”

“Nggak sudi lagi gue bertemen sama dia… setelah apa yang kambingnya lakukan terhadap kambing gue.”

Lalu gimana kalo di antara kambing-kambing tersebut terjadi cinta sebelah tangan?

[Kriiinggg…]

“Halo?”

“Aku cuma mau bilang: AJARIN TUH KAMBING LU YA! Ngejar-ngejar kambing gue mulu, najis!”

[Tut-tut-tut]

Dan nggak tertutup kemungkinan salah satu peserta arisan merasa pergaulan para kambing di peternakan udah nggak sehat, lalu memutuskan membawa pulang kambingnya ke rumah.

“Si Linda ke mana sih? Kok tumben nggak ikutan acara kumpul-kumpul kita?”

“Nggak bisa pergi, dia. Kambingnya anget. Abis imunisasi.”

Kesimpulannya: ngurus hidup sendiri aja repot. Apalagi kalo ada kambing dalam kehidupan lu.

17 comments


  1. Bberapa tahun lalu keluarga sy juga pernah ngadain arisan kambing, saya pernah juga nulis ttng ini di MP, tp kemudian gak jalan, karena ya itu ada kambing yg mati juga, dan yg ngurus kambingnya kemudian kerja di pabrik..bubar wis..


  2. Ahahaa koq Mbot kepikiran kambing anget abis imunisasi :). Kalo kami bukan arisan kambing, tp nabung kambing. Beli bbrp ekor cempe . Ini msh murah tinggal bayar biaya pelihara, dan pas Idul Adha thn depan udah gede. Syukur2 bisa dituker sapi . Alhamdulillah

Tinggalkan Balasan