“Ada seekor gajah yang setiap harinya terikat dengan rantai. Pada saat rantainya dibuka, dia tidak berusaha melarikan karena selama ini merasa ada rantai yang menahan langkahnya. Dalam benaknya, telah terbentuk sebuah rantai imajiner yang terus membelenggu langkahnya.”
Pernah denger cerita motivasi yang kurang lebih pesannya seperti itu?
Kalo elu pengguna aktif internet / e-mail, gue yakin pernah, bahkan mungkin sering. Coba aja ketik keyword “kisah motivasi gajah rantai” di google, pencariannya akan menghasilkan 33 ribu halaman. Ada sebuah website milik motivator kondang, memuat 2 artikel yang sama-sama ‘terinspirasi’ kisah gajah terikat rantai ini di arsipnya (yaitu di sini dan di sini). Di cerita ke dua bahkan ada tambahan elemen yang lebih horror lagi tentang seekor gajah sirkus yang mati terpanggang gara-gara kehilangan semangat untuk melarikan diri dari rantai imajinernya, padahal tenda sirkusnya lagi terbakar.
Sebagaimana cerita forward-an lainnya, elemen cerita terus berubah-ubah tergantung tingkat kreativitas forwarder-nya. Di satu cerita tertulis kaki si gajah nggak terikat rantai sama sekali, di cerita lainnya diceritakan terikat, tapi hanya oleh rantai kecil yang lemah. Yang paling ‘keren’, di sini si gajah bahkan terikat oleh tali ijuk. Gue nggak bermaksud sinis, tapi ayolah… kita lagi ngomongin tentang 1. gajah dan 2. tali ijuk. Gak usah mencoba melarikan diri deh, gajahnya bersin aja tali ijuknya bisa putus. Rasanya sulit membayangkan ada pawang gajah berpengalaman mencoba mengikat gajahnya dengan tali ijuk, baik sebelum maupun sesudah gajahnya terdemotivasi.
Bukan cuma rantainya, binatang-nya pun bisa berubah dari satu cerita ke cerita lain. Udah pernah baca yang versi gajah? Bagaimana dengan yang versi ikan?
Kalian bisa mencarinya dengan keyword “kisah motivasi ikan dinding kaca” di google dan sim salabim, akan menemukan lebih dari 64 ribu halaman. Inti ceritanya sama, bedanya gajah diganti ikan, dan rantai diganti dinding kaca. Untungnya belum ada yang kepikiran menambahkan kisah ngeri tentang ikan yang terpanggang mati gara-gara aquariumnya ditaro di atas kompor dan dia cuma pasrah tanpa usaha melarikan sedikitpun, misalnya nelepon taksi.
Udah, cuma gajah dan ikan? Jangan sedih, masih ada belalang. Ketik “kisah motivasi belalang kotak” di google, maka elu akan menemukan 21.500 halaman. The animal: belalang. The chain: kotak. Dan, oh ya… monyet ternyata juga pernah terlibat dalam problem yang sama. Bedanya, para monyet harus berhadapan dengan semprotan air dan bukan rantai.
Kenapa orang tergila-gila dengan cerita seperti ini?
Kalo elu ingin iseng, coba deh copy salah satu dari 4 jenis cerita yang gue bahas barusan dan paste ke e-mail atau blog. Sekalipun udah puluhan ribu kali muncul di internet (baca: udah basi banget), pasti akan ada aja yang merespon dengan “nice share” atau “thanks for sharing” atau kalo di forum: “kasih cendol, gaaaan….” Artinya, orang suka.
Pertanyaannya: kenapa?
Dugaan gue, karena cerita-cerita dengan analogi binatang atau legenda atau apapun yang terdengar ‘dahulu kala’ terasa lebih pintar atau ‘filosofis’. Orang suka menemukan makna tersirat dari yang tersurat, mungkin rasanya seperti menemukan peta harta karun terukir di hiasan kain sebuah wayang kulit. Sebenernya kalo cuma ingin menyampaikan pesan ‘jangan putus asa’, kita bisa aja mengemasnya sebagai “tetangga gue bolak-balik ikutan wawancara kerja nggak pernah lul
us, akhirnya sekarang putus asa dan kerjanya main gaple di pos ronda. Giliran ditawarin kerja yang nggak pake wawancara dan bisa dapet penghasilan tak terbatas (yaitu oriflame) langsung nolak, nggak mau nyoba lagi” – tapi itu terdengar terlalu sehari-hari, kurang misterius apalagi filosofis.
Bagaimana membuat cerita sejenis?
Ngeliat besarnya animo masyarakat terhadap cerita-cerita motivasi, maka kalau kalian adalah blogger yang jeli menangkap peluang, seharusnya pertanyaan kalian sekarang adalah: bagaimana caranya membuat cerita seperti itu?
Tenang, gue akan membeberkannya untuk kalian.
Pertama-tama, kita harus mengenali dulu elemen-elemen cerita motivasi. Dalam setiap cerita motivasi selalu ada:
- kebiasaan buruk kita sebagai manusia
- binatang yang punya kebiasaan buruk yang sama
- akibat buruk yang menimpa binatang-binantang dengan kebiasaan buruk tersebut
Biar lebih jelas, gue akan membagi cerita gajah ke dalam 3 elemen tersebut:
- kebiasaan buruk: putus asa saat mengalami kegagalan berulang-kali
- binatang dengan kebiasaan buruk yang sama: gajah yang berulang kali gagal melarikan diri karena terikat rantai
- akibat buruk: gajah akan terus terbelenggu sekalipun rantainya sudah tidak ada (dan tenda sirkusnya kebakaran).
Gampang, kan?
Ah gue tau, pasti berikutnya kalian akan protes, “tapi kan nggak semua kebiasaan buruk manusia bisa ditemukan pada binatang? Bagaimana dengan kebiasaan buruk merokok, buang sampah sembarangan, atau mengirim SMS dengan huruf 4L4Y? Itu kan nggak terjadi pada binatang? Lalu bagaimana cara menuliskan cerita motivasinya?”
Nah, ini bagian yang paling menarik. Gue kasih tau ya: hubungan antara perilaku binatangnya dengan pesan moralnya tidak perlu riil atau masuk akal! Jadi kalian bebas ngarang dalam hal ini. Nggak percaya?
Coba mampir ke penjual ikan cupang. Perhatikan, ikan-ikan itu dipelihara dalam toples-toples kecil, masing-masing toples hanya berisi 1 ikan, dan di antara toples disekat dengan karton. Kenapa? Karena kalo nggak dipisah dan disekat, ikan-ikan itu akan terus berusaha menyerang lawannya yang berada di toples sebelah, sekalipun berulang-kali menabrak kaca! Tentunya ikan-ikan cupang yang dower karena keseringan nabrak kaca secara ekonomis kurang menguntungkan untuk dijual, makanya para abang ikan cupang mengambil langkah pencegahan dengan menaruh sekat karton. Poin gue: nggak ada ikan yang cukup cerdas untuk belajar dari pengalamannya nabrak kaca seperti ikan dalam cerita motivasi.
Masih kurang percaya? Kalo ada sirkus mampir ke kota lo, coba cek: apa iya gajahnya dibiarkan berkeliaran tanpa dirantai?
Catat baik-baik: cerita – motivasi – nggak – harus – masuk – akal. Lu bebas ngarang perilaku binatang yang mirip perilaku manusia, maka orang akan langsung menelan mentah-mentah karangan lu dengan asumsi ‘kalau binatang aja berbuat demikan, pastilah ini takdir ilahi yang sudah pasti benar’ lantas buru-buru memforwardnya kemana-mana.
Nah, sekarang mari kita praktek menulis cerita motivasi.
Sebagai permulaan, gue akan memilih perilaku buruknya: kebiasaan tidak membayar iuran RT secara tepat waktu.
Binatangnya gue pilih yang sering lewat depan rumah: kucing. Plus bintang tamu: anjing.
Ceritanya sebagai berikut:
Pada jaman dahulu kala (ini penting untuk mencegah orang protes, karena ‘jaman dahulu kala’ segala sesuatu berbeda dengan jaman sekarang) kucing dan anjing hidup bersabahat. Pada suatu hari, semua binatang berkumpul dan sepakat untuk membentuk kelompok warga. Karena sikapnya yang sopan dan peduli sesama, anjing terpilih sebagai ketua.
Dalam pidato inagurasinya, anjing bersabda, “Wahai warga binatang, untuk kemajuan kelompok warga kita, mari kita kumpulkan uang kas. Uang kas ini berguna untuk membiayai kegiatan kita, seperti acara tujubelasan atau sumbangan binatang meninggal. Uang kas dikumpulkan sebulan sekali, setiap tanggal 1. Bagaimana, setuju?”
Semua binatang, termasuk kucing, setuju. Awalnya, semua binatang tertib membayar iuran. Tapi setelah berjalan beberapa bulan, kucing mulai ogah-ogahan bayar dan sulit ditagih. Akhirnya anjing mendatangi kucing, “kucing, ayo bayar iuran!”
“Males, nggak ada duit!”
Anjing tersinggung mendengar jawaban kucing, dan sejak itu mereka jadi bermusuhan.
Pesan moralnya: bayarlah iuran RT tepat waktu, agar tak dimusuhi Pak RT.
Jadi deh, sebuah cerita motivasi baru. Kalo lo bosen, lo boleh ganti-ganti kucing dan anjingnya dengan tokoh-tokoh lain yang terkenal bermusuhan sampai sekarang, misalnya hiu dan lumba-lumba, elang dan ayam, atau JuPe dan DePe. Intinya: jangan ragu menulis cerita motivasi, toh orang nggak akan ngecek akurasinya.
Selamat mencoba!
gambar gue pinjem dari sini
bener juga sih, soalnya kalo cerita soal “tetangga yg gak mo ngelamar kerja karena gak tembus2 interview” ya kagak ada yg mo dengerin – soalnya begitu mulai dengan “lo tau gak, tetangga gw .. bla bla bla” yg punya masalah malah bete dan mikir “lha gw yg nganggur krn ga dpt kerja koq elu yang curhat masalah tetangga lo” 😀
sapaan khas kaskus-ers
Haahaha….sumpah..cerita motivasi yang aneh..
jupe dan Depe. aimak…hewan barukah itu?Btw, kenapa sih orang suka manggil “gan?” maksudnya juragan yah?
males bikin cerita motivasi karena gak pernah dikasih cendol :))
😀
e buseeet …ternyata seorang Agung kalo senewen dapet fwd-an imel yang basi, ujung-ujungnya malah jadi bikin tulisan yang super keren kayak begini, ya?*yang juga sering sebel dapet fwd-an email jadul
Oooo gitu ya?Gw mo bikin cerita motivasi gaya rafi aja, dengan bahasa yang baik dan benar.
Yang begini ini yang harusnya dicendolin….
Tulisannya keren!! Sundul gaaaan..
cendolnya gan!
nyaaaaaaaaaaaaaa mereka hidup berapa ribu tahun SM???
sangat keren ^____________________^ selipannya
luar biasa. pas banget lagi pusing baca fabel ktemu tulisan gelo gini. mwawawawaw
hahahahahaha….mski tidak cukup memotivasi, tapi cukup menghibur!menurut saya kenapa cerita fabel analogi lebih laku karena lebih menghibur daripada dengar cerita langsung pengalaman buruk orang.
Kasih cendol, gaaaaan…*gan itu apa sih?
hahahaha…. iya juga ya…bikin ahhhhh….
kemungkinan pertimbangannya karena ‘tali kolor’ terdengar kurang ‘dahulu kala’ atau kurang ‘eksotis’ ketimbang tali ijuk. Mungkin lho…
Ternyata untuk jadi motivator, kudu punya daya imajiner yg cukup kuat hehe..”Rasanya sulit membayangkan ada pawang gajah berpengalaman mencoba mengikat gajahnya dengan tali ijuk”Setidaknya ga cukup gila utk menulis dengan tali kolor haha…