ketika cinta bertasbih

Published by

on


Apa sih yang bikin kita betah nonton sebuah film dari awal sampe akhir? Setiap orang mungkin punya jawaban yang berbeda, tapi salah satu di antaranya adalah kepedulian akan nasib tokoh filmnya. Misalnya, kenapa kita ikutan deg-degan saat tokoh jagoan di sebuah film lagi terkepung musuh? Karena kita peduli pada nasib tokoh jagoan itu. Kita nggak ingin tokoh itu dikalahkan penjahat. Kenapa para ibu penggemar sinetron ikutan berteriak-teriak gemes saat tokoh gadis cantik yang lugu mengiyakan lamaran pemuda brengsek yang sebenarnya hanya mengincar harta warisan si gadis? Karena ibu-ibu itu nggak rela tokoh kesayangannya hidup menderita bersama si pria brengsek.

Lalu apa yang terjadi kalo seorang penonton nggak tergugah kepeduliannya pada nasib para tokoh yang lagi ditontonnya? Jawabannya adalah apa yang gue rasakan saat nonton film “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB) sore tadi. Konflik demi konflik bermunculan silih berganti, tapi nggak ada satupun yang bisa bikin gue ikutan gregetan menunggu-nunggu gimana akhirnya. Emangnya kenapa kalo tokoh Azzam gagal mendapatkan gadis pujaannya gara-gara dia cuma mahasiswa miskin yang membiayai kuliah dengan jualan tempe? Lantas kenapa kalo tokoh Fadil jantungan? Apa dasar pertimbangannya sehingga tokoh Anna selalu memilih jilbab berbahan kaos yang membuat dia nampak seperti alien berleher panjang dan berkepala mini? Semua, kecuali yang terakhir, adalah pertanyaan-pertanyaan yang gagal mengusik kepedulian gue sebagai penonton.

Dengan memajang cap “Dijamin Mesir Asli” di posternya, film ini nampaknya berusaha keras meyakinkan penonton bahwa shootingnya betulan dilakukan di Mesir; sejak menit pertama. Gue memang nggak berharap KCB menggarap opening creditnya seserius film “Superman Returns” yang punya satu tim khusus untuk bikin opening credit doang, atau film “Watchmen” yang opening creditnya sampe jadi topik bahasan panjang lebar di berbagai forum. Tapi gue masih sulit percaya di era perfilman Indonesia yang udah modern ini masih ada film yang opening creditnya cuma cuplikan-cuplikan kegiatan sehari-hari di Mesir: ada orang jual beli di pasar, taksi lewat, bis lewat, mahasiswa lewat… mirip cuplikan siaran berita tentang kehidupan orang Mesir. Yang kurang cuma narasi berusara nge-bass, “Penduduk Mesir, saat ini berjumlah…” Sama sekali nggak ada kontribusinya terhadap cerita, kecuali lagi-lagi cuma bermaksud meyakinkan penonton: “Ini shootingnya di Mesir lho, nggak kayak film kami yang sebelumnya, yang banyak kesandung masalah perijinan itu, yang ini beneran di Mesir lho… bener deh… sumpah….janji… ” Urusan “dijamin mesir asli” ini menjadi ironis saat muncul adegan makan ikan di pantai yang nampak sangat jelas diambil dengan bantuan efek komputer. Warna langitnya aneh, dan bintang-bintangnya seperti lampu hiasan etalase toko.

Abis itu bermunculanlah tokoh-tokoh, semuanya berebutan ingin merebut perhatian penonton dengan dramanya masing-masing, dan di mata gue nggak satupun berhasil. Ada Azzam, mahasiswa miskin yang udah 9 tahun nggak lulus-lulus karena harus kuliah sambil jualan tempe. Ada tokoh Furqon, mahasiswa kaya yang gemar foya-foya. Ada Anna, mahasiswi pasca sarjana yang “cantik, anggun, pintar”, tapi bener deh, model jilbabnya bikin gue senewen banget. Kemunculan ketiga tokoh tadi masih direcoki oleh beberapa tokoh kurang penting; ada yang jantungan, ada yang ngasih tumpangan nginep buat penjahat terkenal, ada yang naksir adiknya temen sampe gemeteran waktu bawa nampan minuman. Siapa mereka, dan apa pentingnya mereka dapet porsi sebesar itu dalam rangkaian cerita film ini?

Waktu nonton Ayat-Ayat Cinta, yang juga diangkat dari buku karya penulis yang sama dengan KCB, gue merasa ada terlalu banyak cerita yang mau dipaksakan masuk dalam durasi film yang terbatas. Dulu gue kira AAC adalah film yang pas-pasan, makanya cuma gue kasih bintang tiga. Tapi setelah nonton KCB, tiba-tiba AAC jadi terasa jauh lebih bagus. Minimal, gambar-gambar yang muncul di AAC nampak jauh lebih artistik dan berwarna (sekalipun settingnya bukan “Asli Mesir”). Nggak ada adegan close-up yang berlebihan mirip sinetron. Lagu latar muncul seperlunya di saat-saat yang tepat. Saat para tokoh nangis, penonton merasa masalah mereka memang cukup pelik untuk ditangisi.

Dari segi materi cerita, sebenernya KCB bisa diolah jadi lebih menarik. Misalnya, kondisi di mana orang-orang di sekitar Azzam dan orang-orang di sekitar Anna banyak yang saling mengenal sementara Azzam dan Anna sendiri malah belum kenal, seharusnya bisa jadi modal yang cukup untuk bikin penonton gregetan. Sedangkan urusan si Fadil yang jantungan atau si siapa tuh namanya yang naksir adiknya Fadil tapi nggak berani ngomong, gue rasa nggak perlu terlalu dipaksakan untuk ikut muncul dalam film.

Tapi yah, namanya film kembali ke selera subyektif setiap orang. Ibu gue nampak sangat menikmati film ini, dan saat lampu bioskop nyala langsung nanya, “jadi kapan yang nomer 2 diputer di bioskop?”. Juga ada bapak dan ibu yang kebetulan satu lif sama gue berkomentar dengan suara bindeng tersumbat ingus, “saya sampai nangis nonton film barusan… bagus sekali…”

Buat gue, satu hal yang bisa gue simpulkan dari film ini adalah…

…ternyata Habiburrahman El Shirazy, penulis novel KCB yang ikutan main di sini, mirip banget sama Wib ya? Silakan bandingkan sendiri:

Buat Wib, kalo besok-besok ada rencana bikin film kisah nyata tentang kehidupan Habiburrahman El Shirazy, jangan lupa daftar untuk ikutan casting ya!

poster film gue pinjem dari situs resmi KCB.

42 tanggapan untuk “ketika cinta bertasbih”

  1. simplyndah Avatar

    emang iya mirip ka’ Wib ;))

    Suka

  2. nadnuts Avatar

    malah jd pnasaran, mo mbandingin 😀

    Suka

  3. greenpensieve Avatar

    suamiku bilang mendingan liat aktingnya Mahar di Laskar Pelangi… ck.. pake bersambung yang gak jelas pulak

    Suka

  4. honeyweedy Avatar

    konfliknya emang kurang greget… kalo di novel perjuangan azzam untuk lulus lebih “kicking”

    Suka

  5. fetryz Avatar

    Whuaaaa..kesimpulan yang aneh?Tapi,mas wib dijenggotin plus kacamata,sapa tau emang bener2 mirip..Haha..

    Suka

  6. swargaloka Avatar

    jilbabnya karena sponsor tuh…juga banyak sponsor-sponsor lain yang nampang dengan sukses..bank mandiri misalnya..

    Suka

  7. vocinna Avatar

    kurzz said: ayam goreng manohara juga ada

    hah? 😀

    Suka

  8. kurzz Avatar

    mbot said: ..ternyata Habiburrahman El Shirazy, penulis novel KCB yang ikutan main di sini, mirip banget sama Wib ya?

    satu2nya yang bikin saya pengen nonton film ini 😛

    Suka

  9. kurzz Avatar

    vocinna said: kalo sekrang baru ada jilbab Manohara mbak Vienn.. *hihihii

    ayam goreng manohara juga ada

    Suka

  10. vocinna Avatar

    mbot said: Tapi setelah nonton KCB, tiba-tiba AAC jadi terasa jauh lebih bagus. Minimal, gambar-gambar yang muncul di AAC nampak jauh lebih artistik dan berwarna

    satujuuuuhhh

    Suka

  11. vocinna Avatar

    vi3nzz said: Kritisisasi yang cukup menggigit mas..Saya mah bakalan nontonnya kalau udah jadi dvd paling. *hahaha..udh basi banget*Jadi penasaran juga sama jilbabnya Anna. Pasti ga lama lagi langsung beredar jilbab “KCB” di tenabang. ;p

    kalo sekrang baru ada jilbab Manohara mbak Vienn.. *hihihii

    Suka

  12. zulfigitu Avatar

    Waduh, makin banyak yang menyesal nonton film ini…Jadi nonton ga ya??

    Suka

  13. vi3nzz Avatar

    Kritisisasi yang cukup menggigit mas..Saya mah bakalan nontonnya kalau udah jadi dvd paling. *hahaha..udh basi banget*Jadi penasaran juga sama jilbabnya Anna. Pasti ga lama lagi langsung beredar jilbab “KCB” di tenabang. ;p

    Suka

  14. bambangpriantono Avatar

    Dimana-mana temanya sama Gung…makanya aku males nonton

    Suka

  15. bambangpriantono Avatar

    Iya, kalo sekilas2 mirip si Wib..kakakakakakakakakkkkksaking x brewoxxx

    Suka

  16. laurakhalida Avatar

    ulas Garuda di Dadaku duong

    Suka

  17. laurakhalida Avatar

    aku suka Mesir, jd ntn pilem ini sembari ngayal: kapan gw ksna yak

    Suka

  18. andisturbia Avatar

    Sama sekali gak tertarik nonton hehehe

    Suka

  19. srisariningdiyah Avatar

    huahahahahahahha….mas wiiiiib cintakuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuwwww

    Suka

  20. putrihakim Avatar

    entah kenapa akyu sama sekali tak tertarik buat nonton ini.. padahal dari proses seleksi pemainnya aja udah heboh yee T_T

    Suka

Tinggalkan Balasan ke utara19 Batalkan balasan

Previous Post
Next Post

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca