anatomi selingkuh

Published by

on


Salah satu takdir yang melekat di diri gue, selain bolak-balik kepilih jadi panitia outing, adalah soal perselingkuhan. Untungnya bukan sebagai pelaku, tapi sebagai pengamat merangkap ember tempat curhat para pelaku. Dari hasil ‘riset’ bertahun-tahun ini, gue akhirnya bisa menyimpulkan beberapa hal tentang selingkuh. Gue posting di sini dengan harapan bisa bermanfaat buat para (calon) peselingkuh – dan orang-orang di sekitarnya.

Kenapa orang selingkuh?

Top 3 alasan yang sering jadi kambing hitam: materi, seks, dan komunikasi / interaksi. Misalnya, gara-gara sehari-hari duit cekak, tau-tau ketemu orang yang lebih tajir, rajin nraktir pula, langsung sering ‘raker’ sampe malem. Atau gara-gara bosen liat pasangan yang makin kendor luar-dalam, sementara di depan mata ada orang lain yang jauh lebih ‘streamline’, langsung sering nelepon sambil bisik-bisik. Atau gara-gara hobi dugem kurang tersalurkan bersama pasangan yang lebih seneng suasana sepi sunyi senyap sambil tanding catur, tau-tau pulang subuh sambil sempoyongan dengan nafas bau ‘sari menyan’.

Tapi berdasarkan pengamatan gue dicurhatin sama para peselingkuh, satu faktor yang sebenernya jauh lebih penting adalah kesempatan. Seperti kata bang Napi, “Kejahatan terjadi bukan karena hanya niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan.” Ada beberapa kasus selingkuh yang terjadi bener-bener hanya karena situasi memungkinkan. Baik pihak laki-laki maupun perempuannya mengaku nggak ada masalah di rumah tangga masing-masing. Awalnya cuma iseng doang, goda-goda, flirting, eh bersambut, akhirnya keterusan.

Kesempatannya kaya apa? Ya apapun yang bikin kedua orang ini jadi sering berdua-duaan. Bisa dalam bentuk tugas luar, nebeng pulang, atau sekedar ruang kerja yang terlalu sepi. Kata guru SD gue dulu, “Jangan suka berdua-duaan, sebab yang ke tiganya adalah setan.” Mungkin itulah sebabnya DisHub menetapkan penumpang bajaj adalah 3 orang, sebab kalo cuma 2 orang khawatir abang bajajnya jadi setan (garing? biarin).

Tahapan selingkuh

Level 1: CCP (curi-curi pandang)

Perselingkuhan yang terjadi di tahap ini biasanya lolos dari pengamatan orang-orang sekitar, karena yang bisa merasakan baru kedua orang yang terlibat doang. Mulai dari perasaan-perasaan ala ABG seperti resah kalo pasangan selingkuhnya lama nggak keliatan, diem-diem saling berkirim email kurang penting seperti ‘baju kamu hari ini keren deh’ atau ‘parfumnya ganti ya?’ Sebenernya di level ini belum bisa dibilang telah terjadi tindak perselingkuhan, tapi kalo mengambil definisi dari salah satu temen, “Perselingkuhan adalah kalo elo nggak bisa / nggak punya nyali untuk sepenuhnya jujur terhadap pasangan lo.” Dan di level 1 ini, perasaan-perasaan yang timbul pada kedua belah pihak tentunya nggak mungkin diceritain ke pasangan mereka masing-masing, maka udah bisa dikategorikan selingkuh.

Level 2: CCA (cie-cie-an)

Kalo level 1 berlanjut dan bersambut, maka perselingkuhan akan masuk ke level 2. Di level ini, orang-orang sekitar mulai menyadari ada yang berbeda dengan kedua orang peselingkuh, dan mulai pada iseng nyeletuk. Mirip sama kejadian waktu SD dulu, di mana si Anu mulai di-cie-cie-in kalo jalan di depan kelas bareng si Inu. Di level ini biasanya perasaan para peselingkuh udah makin kuat sehingga nampak jelas dari ekspresi atau gerak-geriknya. Mialnya nampak salah tingkah kalo berdekatan sama pasangannya, atau kelihatan ada usaha untuk dandan / tampil lebih menarik kalo mau ketemuan.

Level 3: DDC (diem-diem cabut)

Uniknya, saat masuk ke level 3 biasanya perselingkuhan justru makin sulit diamati. Kedua peselingkuh mulai jengah diamati orang sekitar, sehingga mulai mengurangi frekuensi untuk tampil berdua di depan umum. Tapi karena kebutuhan untuk berduaan justru semakin besar, biasanya yang terjadi adalah keduanya sering tiba-tiba ngilang. Yang biasanya makan siang rame-rame bareng temen-temen tiba-tiba keduanya absen nggak jelas ke mana. Atau waktu pulang kantor tiba-tiba mejanya udah kosong, nggak ketahuan kapan perginya. Ciri lainnya adalah penggunaan alat komunikasi elektronik secara makin intensif, seperti sms dan yahoo messenger. Buat orang-orang yang berada di sekitar peselingkuh mungkin bisa mengenali dari nada incoming message atau buzz di YM yang saling bersahutan. Pada level ini biasanya akan ada saatnya di mana mereka tiba-tiba kepergok lagi jalan bareng di mall atau cafe sepulang kantor.

Level 4: LLS (lama-lama stress)

Di level 4, sebuah perselingkuhan biasanya makin ‘nggak lucu’ buat para pelakunya. Mereka mulai stress karena capek harus menutupi hubungan di depan orang-orang (yang mana sebagian besar sebenernya sih udah paham apa yang terjadi), dan mulai kehabisan ide cerita untuk menutupi hubungan rahasianya. Biasanya di level ini pasangan resmi masing-masing juga udah mulai curiga dan bertanya-tanya. Ciri-ciri yang mudah diamati adalah perubahan perilaku para peselingkuh yang mendadak jadi pendiem (baik karena takut keceplosan atau karena lagi ‘ngambek-ngambek kecil’ sama pasangan selingkuhnya ). Efeknya juga udah mulai merambat ke pekerjaan seperti dateng telat ke kantor (karena tidur kemalemaan akibat keasikan SMS-an / YM-an sama selingkuhan setelah pasangan resmi tidur duluan), juga kesalahan-kesalahan yang mulai timbul akibat kurang konsentrasi kerja. Sebagian besar pasangan selingkuh yang gue kenal juga udah mulai melakukan ‘full body contact’ alias hubungan fisik di level ini.

Level 4 boleh dibilang adalah point of no return: titik di mana sebuah perselingkuhan nggak mungkin diakhiri tanpa memakan korban. Posisinya serba salah; mau diputus – hubungannya udah kelewat dalem, mau dilanjut – nggak mungkin karena masing-masing / salah satu pihak udah punya pasangan resmi.

Level 5: TTB (tiba-tiba brutal)

Kalo udah memasuki level 5, sebuah perselingkuhan biasanya diwarnai dengan tindakan-tindakan ‘brutal’ dan ‘drastis’ baik dari para peselingkuh maupun pasangan resmi mereka. Ada yang memutuskan minta cerai, ada yang istrinya dateng ke dukun, ada yang tiba-tiba bawa rombongan preman ke kantor, ada yang selingkuhannya hamil… wah pokoknya rame. Ini adalah level yang paling bikin pusing para staff HRD karena biasanya mereka yang harus ketiban apes menyelesaikan urusan non-teknis ini. Biasanya akan membawa efek permanen yang akan mengubah jalan hidup para pelaku dan orang-orang di sekitarnya.

Intinya, gue bukannya mau nyeramahin kalian untuk jangan berselingkuh. Mau selingkuh atau enggak, itu urusan masing-masing sebagai orang-orang dewasa yang udah bisa mengambil keputusan sendiri. Poin gue adalah, pastikan kalian mengetahui konsekuensi yang menanti di balik sebuah perselingkuhan. Enter at your own risk, kids.

Juga buat para ember curhat, orang-orang yang mendampingi para peselingkuh menjalani perselingkuhannya, mudah-mudahan tulisan ini bisa jadi referensi dan bahan pertimbangan saat memberikan nasehat.

gambar: gettyimages.com

45 tanggapan untuk “anatomi selingkuh”

  1. imazahra Avatar

    Wow, great post, mudahan banyak calon peselingkuh yg baca dan membatalkan niatnya itu 🙂

    Suka

  2. nenesbulat Avatar

    hehehe .. nice post,I was think about it for a while.selingkuh yah .., as for me.. it’s either..1. she / he too coward to face the truth2. she / he too lazy to fix the problems..3. or for a temporary relief.Ketiga hal itu berhubungan..Takut menghadapi kenyataan, malah jadi males ngadepin masalah.Nggak bisa beresin masalah, mending lari dari kenyataan..kemudian mencari kesenangan sesaat.Eventhough, jalan itu nggak diambil bukan dengan cara selingkuh saja..ada yang mabok2an..drugs.. balap liar,^^

    Suka

  3. moorcyhans Avatar

    reipras94 said: untung gue kerjanya di pabrik…jadi gak ada kesempatan buat ituhahahahahaha….

    apa hubungannya om? Apa karena isinya cowo semua? bukannya selingkuh itu obyeknya lintas gender om…yg penting kasih sayang hihihihi

    Suka

  4. katacheo Avatar

    tfs mas… dl g jg pernah curiga ma co-workers g, trs dengan jujur g ngmg kecurigaan g sama pihak co nya (krn lebih dkt ma dy) n dy nyangkal abis… scr dy jg ud berkeluarga n ce nya jauh lbh muda. shock banget wkt bbrp tahun stlh itu g tau klo co itu beneran suka ma tuh ce, cm emg ga bersambut… tp itu ud bisa disebut selingkuh emosional kali ya… skg ce itu ud pindah luar kota, ud pny co n mudah2an temen g yg co itu ud ga pny feeling mcm2 lg yaa… setialah pd pasanganmu satu2nya… :d

    Suka

  5. lalacamelia Avatar

    boleh bikin pengakuan ga…??sumpah bener banget nih mas agung…gue pun lagi menjalani ini…hahahahaha

    Suka

  6. greenpensieve Avatar

    hahaha… komplit

    Suka

  7. swargaloka Avatar

    wow… pas banget niy akyu sebagai ember baca ini…

    Suka

  8. indowriter Avatar

    tfs ya 🙂 Referensinya berguna bgt 🙂

    Suka

  9. putrihakim Avatar

    myshant said: setuju banget sama “kesempatan”masalahnya Gung, kita percaya sama pasangan, tapi gak bisa percaya penuh sama yang ada disekitar pasangan kita. apalagi hari gini, jenis kelamin gak masalah yg penting kasih sayang …kan tambah serem, gak cuma berlindung dari cewek lain tapi juga dari cowok lain :)))))))

    WHAHAHAHA.. :p

    Suka

  10. prajuritkecil Avatar

    gung… kl udah blenek dicurhatin peselingkuh…. boleh gak sekalian kt rekayasa biar pada ke-gep laki bininye padw

    Suka

  11. adisucipto Avatar

    Hmmm….Masuk akal…

    Suka

  12. imeldasusanto Avatar

    mas, tapi yg digosipin selingkuh ada juga yg endingnya married…happily ever after :), kayak artis gitu.. contoh elma theana, larasati – irvan gading

    Suka

  13. indocalita Avatar

    klo versi ga sekantor gimana…?

    Suka

  14. caramelfreeze Avatar

    haha

    Suka

  15. kangbayu Avatar

    Kalau full body contact ala UFC berakibat bengep-bengep, disini berakibat “melendung”.Semestinya kalau sudah nikah harus bisa bilang “ya, cukup, stop, sudah lewat masa cari pacar”. Walau terkadang sulit…

    Suka

  16. 412fa Avatar

    berarti kalo ada yang bilang SLI = Selingkuh Itu Indah boonk donk ya? Atau mereka mesti mbaca lagi level 4 dan 5 Anatomi Selingkuh ini 😀

    Suka

  17. ailtje Avatar

    Nggak semua, tapi saya melihat beberapa pria yang sudah banyak duitnya terus selingkuh. Ngabisin duit, jual mobil, bahkan duit yang dihamburin bisa dipake buat beli rumah. Alasannya, hanya Tuhan yang tahu.Yang paling sial nasibnya (biasanya) adalah para sekretaris yang pimpinannya selingkuh.

    Suka

  18. myshant Avatar

    setuju banget sama “kesempatan”masalahnya Gung, kita percaya sama pasangan, tapi gak bisa percaya penuh sama yang ada disekitar pasangan kita. apalagi hari gini, jenis kelamin gak masalah yg penting kasih sayang …kan tambah serem, gak cuma berlindung dari cewek lain tapi juga dari cowok lain :)))))))

    Suka

  19. nadnuts Avatar

    ih…tatuttt…

    Suka

  20. v1m4l4k1rt1 Avatar

    mmm…gitu ya…jadi takut 🙂

    Suka

Ada komentar?

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca