“Orang gila mana sih yang punya ide ngebangun resto kaya gini bentuknya?” begitulah kesan pertama gue waktu ngeliat restoran ini buka, kurang lebih setahun yang lalu. Lah gimana enggak, udah restorannya make bangunan tua, warna catnya didominasi warna hitam dan merah darah – sementara eksteriornya dipenuhi dengan patung-patung raksasa berbentuk aneh. Spooky abis.
Setelah beberapa kali maju mundur ingin nyoba resto yang cuma berjarak beberapa ratus meter dari rumah ini, akhirnya tanggal 3 Juli kemarin gue dan Ida memberanikan diri untuk mampir ke sana. Tradisi kami yang dimulai sejak tahun lalu adalah, nyoba resto baru sebagai bagian dari acara merayakan ultah pernikahan… hehehehe… kalo tahun lalu resto yang mendapat ‘kehormatan’ untuk kami singgahi adalah Din Tai Fung – resto dimsum klepon di Arcadia Plaza Senayan.
Entah ya gimana reaksi orang lain kalo masuk ke resto ini, tapi buat gue rasanya kata yang paling tepat untuk menggambarkannya adalah: surealis. Interiornya dipenuhi dengan aneka patung dan lukisan, dan sebagian besar di antaranya memajang obyek mahluk-mahluk fantasi – kurang lebih mirip barongnya Bali dan sejenisnya.
Koleksi lukisan dan patung yang ada di sini kayaknya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tapi yang jelas hampir semuanya barang antik. Pintu, jendela, langit-langit, dan tiang penyangga juga dibuat dari kayu yang sama tuanya. Sengaja dibiarkan sebagaimana adanya, dengan cat yang udah mengelupas di sana-sini. selain patung dan lukisan, juga ada lilin-lilin merah berukuran raksasa, cermin-cermin besaaar, dan sebuah kolam air mancur indoor yang posisinya rada ‘aneh’ yaitu secara tanggung berada di dekat pintu.
Tapi di luar benda-benda aneh yang menghiasi tempat ini, yang paling ‘radikal’ adalah sederetan pembakaran dupa di bagian tengah resto. Hmm… eclectic or spooky? You are the judge.
Dengan desain interior yang se-‘dahsyat’ itu, lantas gimana bentuk makanannya? Hmm… be prepared to be surprised. Gue pesen sate ayam lilit, yang pas muncul disajikan dengan batang tebu sebagai tusuk satenya, dan diletakkan di atas wadah kayu yang dihiasi dengan… kulit kerang. Apa hubungannya antara sate ayam dan kulit kerang? Lah, memangnya apa hubungannya antara dupa dan makanan?
Menu yang disajikan di sini 100% makanan asli Indonesia dari berbagai daerah. Yang mungkin bikin pengunjung seperti gue rada ‘terkaget-kaget’ adalah mindset bahwa makanan Indonesia adalah makanan murah, sementara di sini seporsi tempe-tahu bacem dijual seharga 35 ribu…. hehehehe… Secara umum, menu yang dijual di sini berkisar di harga 40-60 ribu per porsi, belum termasuk pajak.
Nggak heran kalo mayoritas tamu yang dateng adalah orang asing (karena kalo orang Indonesia asli mungkin lebih milih makan lodeh di warteg daripada harus bayar 60 ribu). Dan tau sendiri, namanya tamu asing pasti tertarik banget dengan benda-benda antik Indonesia, dan kalo udah tertarik maka mereka akan nanya dengan sangat kritis.
Contohnya adalah waktu seorang nenek bule tua menghampiri lukisan raksasa bergambar mahluk-mahluk aneh yang tergantung di deket meja gue. Setelah mengamat-amati beberapa saat, akhirnya dia manggil salah seorang waitress dan nanya,”what’s that creature? what is the story of this picture?” dst dst.
Waktu denger pertanyaan pertamanya, diem-diem gue mikir, “nahlo, mampus lu, bisa nggak ni waitress jawab…” Eh, taunya bisa lho! Dengan sangat lancar si waitress menjelaskan asal-usul lukisan ajaib itu, beserta adegan yang digambarkannya. Repot juga ya jadi waitress di sini, harus siap dengan pengetahuan dasar mengenai benda-benda koleksinya!
Selain menu masakan Indonesia yang cukup komplit, resto ini juga punya koleksi wine yang ‘kayaknya sih’ lengkap. Entah ya, gue sih nggak ngerti soal wine…. hehehehe..
Akhir kata, secara umum tempat ini memang bukan tempat terenak dari soal rasa makanan, tapi kayaknya dia memang tidak memposisikan diri sebagai ‘penjual makanan’. Resto ajaib ini sedikit banyak mengubah paradigma gue bahwa orang dateng ke resto untuk mengisi perut. Di sini, pengunjung bukannya bayar 60 ribu untuk makan semangkok lodeh. Mereka bayar 60 ribu untuk petualangan sesaat di dunia surealis.
Foto-foto resto Lara Djonggrang bisa diklik di sini.

Tinggalkan Balasan ke rikigede Batalkan balasan