Nagabonar jadi 2

Published by

on


"Udah nonton ‘Nagabonar jadi 2’ belum?"
"Belum."
"Waaah.. LO HARUS NONTON! Baguuuss… banget!"

Belum pernah gue denger sebelumnya, ada film Indonesia yang dikomentari orang kaya gitu. Bukan cuma satu atau dua yang ngomong, tapi semua orang yang udah nonton film ini berkomentar sama. Mereka bilang film ini ‘lucu buanget tapi juga mengharukan’, ‘mendidik tanpa menggurui’, etc etc.

Wow.

Jadi harap maklum kalo gue berharap film ini sekualitas ‘As Good As It Gets’ yang dulu ngeborong Oscar 1997 dan sukses pula di pasaran. Sayangnya film ini nggak terlalu berhasil memenuhi harapan gue.

Ceritanya seputar hubungan antara tokoh Nagabonar (Deddy Mizwar), veteran perang kemerdekaan yang hidup menyendiri di kampung dan Bonaga (Tora Sudiro), anak Nagabonar yang udah jadi pengusaha sukses di Jakarta. Bonaga mendapat tawaran investor asing untuk membangun resort di perkebunan kelapa sawit milik bapaknya. Bonaga menjemput bapaknya datang ke Jakarta supaya bisa mendapat penjelasan lengkap tentang rencana itu. Konflik antar generasi kemudian terjadi karena Nagabonar keberatan lahan kelapa sawit yang antara lain juga menyimpan jasad ibunya, istrinya, dan Bujang, sahabatnya di jaman perang diutak-atik.Apalagi waktu dia tau bahwa investornya orang Jepang, mantan penjajah.

Sebagai pemanis dihadirkan juga konflik percinta’an* antara Bonaga dan Monita (Wulan Guritno) yang selama ini bekerja membantu Bonaga sebagai konsultan.

Satu hal yang lumayan mengganggu buat gue (tapi anehnya nggak pernah diusik oleh penonton lainnya) adalah: memangnya berapa sih umur si Nagabonar ini?

Mari berhitung:
Film Nagabonar pertama (1987) mengambil setting nggak lama setelah proklamasi kemerdekaan RI. Artinya, tahun 1945. Dari penampakan sosok Nagabonar di film pertama itu, nampaknya dia berusia 30 tahun-an (sesuai dengan umur Deddy Mizwar yang lahir pada tahun 1955). Film Nagabonar jadi 2 mengambil setting tahun 2007 (ditinjau dari jenis mobil dan HP yang digunakan para tokohnya, serta kehadiran busway di jalanan ibukota). Artinya, Nagabonar di film ini udah berusia 94 tahun!

Yah memang banyak orang-orang tua yang cukup fit dan tampak awet muda, tapi rasanya jarang banget deh ya, ada kakek berusia 94 tahun kuat manjat patung Sudirman hanya dengan bergayut pada tambang….

Soal cocok-cocokan umur juga agak sedikit ganjil untuk tokoh Karina, istri Nagabonar. Jadi ceritanya, Karina meninggal waktu melahirkan Bonaga. Tora Sudiro pemeran Bonaga lahir tahun 1973, tapi mari kita kasih voor 3 tahun sehingga anggap tokoh Bonaga dilahirkan pas tahun 1970.

Kalo pada tahun 1945 Karina berusia 20-an tahun (sesuai dengan umur Nurul Arifin sebagai pemerannya yaitu 21 tahun pada tahun 1987), maka waktu hamil dan melahirkan Bonaga Karina udah berusia 46 tahun! Yah, kalo dicari-cari datanya mungkin ada aja sih orang yang hamil di usia 46 tahun, tapinya pastinya akan jarang buanget – atau mungkin sekalian disengaja sebagai latar belakang mengapa Karina sampai meninggal saat melahirkan?

Secara umum, cerita film ini nggak sedahsyat yang digembar-gemborkan orang. Jangan salah, bukannya film ini jelek, tapi juga bukan film yang’ lucu buanget’ – setengah jam pertama gue duduk anteng karena nggak ada adegan yang cukup menggelitik untuk dianggap lucu. Di beberapa bagian film ini terasa cerewet mencekoki penonton dengan nilai-nilai nasionalisme, dan yang paling konyol adalah adegan Nagabonar memanjat patung Sudirman karena dia mau menghimbau sang patung agar ‘menurunkan hormatnya karena tidak semua orang yang melewatinya layak untuk dihormati’. Sudahlah Opung Naga, itu kan patung?

Tapi di bagian lain juga ada beberapa adegan yang layak dicatat, antara lain adegan Nagabonar vs Polantas yang mencoba melarang bajajnya masuk jalan protokol, dan adegan emosional Nagabonar vs Bonaga di depan pintu kamar. Menurut gue, akting Tora di film ini jauh lebih baik dibanding film-film sebelumnya, termasuk Arisan!.

Kesimpulannya: sebuah film yang layak tonton, di atas rata-rata kualitas film Indonesia akhir-akhir ini, tapi kalo dibilang ‘bagus buanget’ ya… enggak juga sih.

Foto dari situs resmi film Nagabonar jadi 2

*harap dibaca dengan memperhatikan tanda ( ‘ )

63 tanggapan untuk “Nagabonar jadi 2”

  1. droppingzone Avatar

    mbot said: hehehe, refleks, karena orang2 yang gue tahu terlibat dalam perang kemerdekaan rata2 sekarang udah nggak sanggup manjat patung sudirman :-))

    Wah telat nih saya nontonnya ya? Pakde saya itu veteran perang kemerdekaan, waktu itu beliau masih di SLTP (dulu namanya bukan SMP ya?) ikut Tentara Pelajar, jadi usianya sekarang ya belum sampe 90-an. Masih bisa manjat patung Soedirman ga ya? Saya juga ga terlalu banyak tertawa menonton film ini. Tapi bukan karena ketidakkonsistenan umur lho secara pak Deddy memang tidak seperfeksionis si Spielberg. Tapi karena ada hal2 lain, seperti pesan moral dll. Dan memang film ini layak ditonton. Termasuk review-nya oom Agung ini, hehehe.

    Suka

  2. awarkops Avatar

    Buat yg belum tau cerita Nagabonar versi lama nya, ini gw kasih sedikit-banyak review nya….Film terbaik 1987, Aktor Terbaik (Deddy Mizwar), Aktris Pendukung Terbaik (Roldiah Matulessy), Cerita Asli Terbaik dan Skenario Terbaik (Asrul Sani), Penata Suara Terbaik (Hadi Artomo), dan Penata Musik Terbaik (Franki Raden). Itulah antara lain sederet piala Citra di tahun 1987 yang diborong oleh film yang satu ini di perhelatan Festival Film Indonesia. Kayaknya sih nggak bakal ada yang berani protes dan meragukan pilihan juri yang begitu royal menyerahkan sebagian besar piala Citra FFI 1987 untuk film yang disutradarai MT. Risyaf ini (yang sayangnya nominasi sutradara terbaik pun nggak kebagian). Apa lagi sampai ada yang ramai2 ngembaliin piala Citra nya … Karena film yang satu ini dilihat dari banyak sisi memang sangat layak untuk mendapatkan penghargaan. Apalagi film ini juga… Sangat Orisinal!Seandainya kalo saja andaikata protes seperti itu dihujatkan pada film ini, Nagabonar pasti bakal teriak2 dengan logat batak kentalnya : APA KATA worldAAA..!!??Ceritanya GiniDengan setting tanah Batak di masa awal kemerdekaan, dikisahkanlah kehidupan si Nagabonar (Deddy Mizwar), si tukang copet ulung. Dia punya sahabat setia yang namanya Bujang (Afrizal Anoda). Saking setianya, setiap kali Nagabonar ketangkep dan masuk penjara, si Bujang ikutan masuk penjara meskipun nggak ikut nyopet. Katanya sih biar bisa makan gratis teratur Tapi begitu mendengar dari Bang Pohan (Piet Pagau) kalo Indonesia sudah merdeka, lalu Belanda berusaha merebut negri ini kembali, Naga dan teman2nya ikut mengangkat senjata untuk melawan Belanda. Dan ternyata Nagabonar meskipun gayanya selengekan dan tukang nyopet gitu, rupanya punya kharisma sebagai seorang pemimpin. Naga bahkan akhirnya memimpin pasukan sendiri dan melakukan perang gerilya melawan Belanda.Hingga satu saat Nagabonar dan pasukannya dapat perintah mundur dari Bang Pohan, tidak lagi menyerang Belanda karena perjanjian gencatan senjata telah disepakati. Maka mereka pun mundur dan menetap di satu tempat untuk beberapa saat. Dalam rombongan mereka termasuk juga Emaknya Nagabonar (Roldiah Matulessy) yang tetap menganggap Naga bekerja sebagai pencopet, lalu ada juga seorang ‘tawanan’ Kirana (Nurul Arifin) putri dokter Zulmi (Kaharuddin Syah) yang dituduh antek Belanda.Belanda mengajak Nagabonar merundingkan garis demarkasi. Sebelum perundingan, demi harga diri Nagabonar dan teman2nya memutuskan untuk memberikan pangkat kemiliteran kepada diri mereka masing2. Atas usulan Lukman (Wawan Wanisar) yang paling terpelajar, Nagabonar menjadi Jendral, Murad (Mustafa) dapat Kolonel, Jono Letnan Kolonel, Lukman sendiri menjadi Mayor. Lukman yang rada sentimen sama Bujang hanya memberikan pangkat Kopral untuk Bujang. Bujang pun protes keras. Tapi Nagabonar tak mampu memprotes keputusan Lukman karena tahu ia tak akan bisa mendebat Lukman.Dalam perundingan dengan Belanda, Nagabonar tidak mau menunjukkan lokasi pasukannya karena ia tahu akal licik Belanda. Yang terjadi malah Naga sempat2nya mencopet jam tangan Mayor Belanda yang kemudian ia hadiahkan untuk Bujang, agar Bujang terhibur meskipun pangkatnya cuma kopral tapi jam tangannya Mayor Nagabonar diam2 ternyata naksir Kirana, dengan bantuan Bujang ia berusaha mendekati Kirana. Tapi banyak tantangan untuk merebut hati Kirana. Teman seprofesi Naga, profesi pencopet maksudnya, yang juga memimpin satu pasukan di tempat lain ternyata juga ingin memiliki Kirana. Mariam namanya, mariam ini cowok tentunya.. kayak mariam tomong gitu. Mariam dan pasukannya datang ke tempat Naga bersenjata lengkap untuk meminta Kirana. Naga mengajaknya bertanding catur untuk menentukan siapa yang berhak atas Kirana. Dengan sedikit curang Naga menang, Mariam nggak trima. Tembak-menembak antar teman pun terjadi gara-gara wanita pula :O … Mariam tertembak kakinya dan menyerah, merelakan Kirana untuk Nagabonar.Naga terserempet peluru di lengannya. Kirana yang anak dokter merawat luka Naga. Dan mulailah benih2 kasih bertebaran. Sementara itu si Bujang merasa sangat kesal sama Lukman, karena dia dianggap bawahan yang disuruh2 melulu oleh Lukman. Bujang bertekad untuk membuktikan siapa yang lebih hebat. Hingga satu pagi Naga kehilangan satu set seragamnya lengkap dengan tanda pangkat, tongkat, dan topi bulunya. Murad melaporkan bahwa Bujang pada waktu subuh telah nekat membawa pasukan untuk menyerang Belanda. Dan siang harinya… pasukan itu kembali dengan membawa si Bujang yang telah terkulai tak bernyawa di atas kuda. Bujang mengenakan seragam dan semua atribut milik Nagabonar. Nagabonar tak mampu berkata apa2. Dia lari ke tempat tinggalnya untuk menangis dan meneriakkan nama Bujang berkali2. Saat penguburan Bujang, Naga mengenakan seragamnya yang berlumuran darah si Bujang dan mengucapkan kalimat yang banyak diingat orang:”Buujaaaang… Kau sudah kulaaarang bertempur… Tapi kau bilang kau maaau bertempur.. Kubilang jaaaangan bertempur, tapi kau bertempur juga… Itulah… sekarang matilah kau… Kubur!”Dalam kesedihan kehilangan Bujang teman baiknya, Naga mengunjungi Kirana lagi. Naga curhat ke Kirana kalau ia merasa kesepian dan sendirian. Kirana menghiburnya dengan mengatakan kalau Naga tidak sendirian. “Masih ada aku…”, kata Kirana… huuuhuy!! Besoknya Naga meminta emaknya untuk melamar Kirana. Tapi emaknya malah menasehati Kirana agar tidak percaya sama kata2 Naga… hihihi.Belanda akhirnya melanggar sendiri perjanjian gencatan senjata. Naga pun segera menyiapkan pasukan untuk kembali menyerang Belanda. Kirana bilang kalau dia ingin ikut bertempur di garis depan bersama Naga. Nagabonarpun menyetujui, dan memberi Kirana pangkat PERMAISURI! Di garis depan, mereka berdua meneriakkan kalimat yang sering diucapkan Bang Pohan untuk menyemangati pasukannya:Hai Pemuda Indonesia,Bangkitlah kau semuaNegeri kita sudah merdekaGenderang perang sudah berbunyiDengarkan panggilan Ibu Pertiwi…BF??Kalo dilihat endingnya, cerita utamanya ternyata bukanlah soal perjuangan melawan penjajah. Karena cerita perjuangan itu nggak selesai waktu filmnya selesai. Scene perangnya sendiri juga terkesan seadanya, nggak terlalu hebat dan jauh dari kolosal. Cerita utama sebenernya adalah kisah cinta Nagabonar dan Kirana, dengan latar belakang masa perjuangan. Jadi film ini bukanlah BF… alias Bilem Ferjuangan (guyonan garink kriuk kriuk ala Sersan Prambors). Mungkin lebih tepat kalo film ini masuk genre Komedi, karena memang dialog dan adegannya dibikin konyol. Didukung juga dengan scoring musik yang bernuansa komikal dengan mengambil nada lagu “Mariam Tomong”. Nggak perlu mikir terlalu njelimet untuk mengikuti ceritanya. Cocok dengan perintah Naga pada si Lukman yang juga jadi kalimat yang lumayan memorable dari film ini: “Kau kuperintahkan… untuk berhenti berpikir Kalau kau berpikir aku jadi ikut berpikir Susah aku…Jadi berhentilah kau berpikir!”Film ini juga bukanlah BF dalam arti sebenarnya … meskipun ada adegan saat Nurul Arifin lagi dipijat punggungnya dalam posisi berbaring… TOPLESS coy! … ugh.. uhuk uhuy!.. Meskipun juga ada beberapa adegan dimana para figurannya polos.. berlarian telanjang tanpa sehelai benangpun… anak-anak tapinya… Pemainnya KawakanDeddy Mizwar total banget memerankan Nagabonar. Logat bataknya dapet banget, karakter Nagabonar yang rada bengal juga berhasil diinterpretasikan dengan baik. Dia juga rela tampil berwajah gembil jelek dengan pipi bawah yang selalu ngejendul sebelah, entah karena dia ikut2an nyirih kayak emaknya atau lidahnya yang kepanjangan . Ya siapa sih yang meragukan kemampuan a
    kting Deddy Mizwar, baik itu dalam film drama serius maupun komedi.Afrizal Anoda juga sebenernya cukup berhasil memerankan Bujang, yang polos dengan topi bajanya yang kebesaran. Cuman sayang raut mukanya terlalu serius dan pemikir untuk karakter Bujang yang seharusnya lugu dan naif. Malah Emak Nagabonar yang diperanin Roldiah Matulessy yang diganjar piala Citra untuk aktris pendukung terbaik, emang masuk banget sih jadi emak yang cerewet, meskipun jarang nongol.Nurul Arifin ya harap dimaklumin saja kalau masih rada kaku, film ini adalah film debutan dia. Hebat juga pendatang baru langsung dapet posisi peran utama wanita di film sehebat ini. Yang jelas sih kehadiran wajah malu2 Nurul Arifin yang tampak manis dengan make up tipis (halah berima gitu..) di film ini memang sangat menyegarkan… Sukses dan SekuelFilm ini jelas adalah salah satu Master Piece di jaman 80-an. Kabarnya film ini adalah film Indonesia pertama yang menggunakan direct sound, alias suara aktornya langsung direkam bersamaan dengan pengambilan gambar. Kabarnya lagi ini adalah film Indonesia pertama yang masuk seleksi Film Berbahasa Asing di ajang Academy Award alias Oscar, meskipun tidak bisa berbicara lebih banyak lagi.Bukan cuma mendapat banyak penghargaan atas kualitasnya, tapi film ini juga sukses mendatangkan penonton saat diputar di bioskop di seluruh nusantara. Bahkan sanggup bertahan hingga berbulan-bulan. Karena memang ceritanya ringan dan mampu menghibur semua lapisan masyarakat.Dan sah-sah saja kalau saat ini, dua puluh tahun kemudian, Deddy Mizwar sendiri menggarap sekuelnya. Tentunya dengan harapan akan bisa meraih sukses seperti pendahulunya. “Nagabonar (jadi) 2” itu kabarnya judul dari sekuel film ini. Tora Sudiro akan menjadi Bonaga anak Nagabonar. Hmmm… melihat film2 produksi Deddy Mizwar sebelumnya, tampaknya cukup menjanjikan juga nih film di tengah banjir film horror nggak jelas.Credit to : Q @ lapanpuluhan.blogspot.com

    Suka

  3. smilebtm Avatar

    klo yang udah nonton nagabonar pertama pasti bisa tau dimana “gak lucunya” ni film……keknya nagabonar dulu gak kek sekarang deh….

    Suka

  4. awarkops Avatar

    “Waaah.. LO HARUS NONTON! Baguuuss… banget!”kayak gini neh seharusnya film indonesia gak hantu yg lucu2 melulu…… hantu ko lucu, cape dech…..Salut Om Deddy, Top markotob dah…

    Suka

  5. srisariningdiyah Avatar

    mbot said: oh kirain karena yang bikin review bukan orang penting *sambil nyapu halaman*

    itu juga salah satu alasan, gue takut loe pingsan aja kalo gue kasi tau semua alesan-nyah*sambil gigit2 ujung kaos*

    Suka

  6. mbot Avatar

    srisariningdiyah said: soalnya gue gak suka ama yang nulis review*cukup bikin kaget gak?**sambil gerogotin keju basi*

    oh kirain karena yang bikin review bukan orang penting *sambil nyapu halaman*

    Suka

  7. srisariningdiyah Avatar

    mbot said: kok gitu sih ri, gue capek2 bikin review nggak dibaca…. *sambil mainin ujung taplak*

    soalnya gue gak suka ama yang nulis review*cukup bikin kaget gak?**sambil gerogotin keju basi*

    Suka

  8. mbot Avatar

    moorcyhans said: Mas Agung niy…kadang suka berat sebelah juga yah? Superman Return ga dikomentari kenapa Clark Kent selalu rapi jali pake rambut gel plus kriwilan di jidat saat jadi Superman 😦

    lho baca dong disclaimer di awal review superman, yang background-nya kuning itu lho :-)kalo filmnya superman atau starwars, jangan mengandalkan review gue deh, udah pasti bias :-))

    Suka

  9. mbot Avatar

    diahramli said: KIRANAAA!

    lho, udah ganti tho?*srimulat mode, repeat*

    Suka

  10. mbot Avatar

    aalayaa said: yupe 🙂 menurut gue juga ga bagus2 amat ya…gambar2nya biasa aja, ceritanya lumayan sih.

    ya betul, dibanding gambar2nya kuntilanak masih kalah 🙂

    Suka

  11. mbot Avatar

    p3n1 said: hebat!!!mas agung bikin reviewnya sedemikian rupa sehingga aku mikirin data2 yang udah mas agung buat…hehehehe….

    hehehe… tapi nggak usah dipikirin amat lah, nikmati aja filmnya… pesannya menarik kok!

    Suka

  12. mbot Avatar

    etnahannie said: aku belum nonton, tapi pengen banget.hahaha… segitunya ngitungin umur mereka, kang mbot? eh iya, btw salam kenal ya!

    hehehe, refleks, karena orang2 yang gue tahu terlibat dalam perang kemerdekaan rata2 sekarang udah nggak sanggup manjat patung sudirman :-))salam kenal juga..

    Suka

  13. mbot Avatar

    srisariningdiyah said: waktu loe nulis ini gue belom baca review-an loe,

    kok gitu sih ri, gue capek2 bikin review nggak dibaca…. *sambil mainin ujung taplak*

    Suka

  14. srisariningdiyah Avatar

    waktu loe nulis ini gue belom baca review-an loe, tapi kemaren pas gue nonton SENDIRIAN *iseng bgt yak* di Detos tuh, yaaaaa emang gue gak merasa layak untuk ketawa ketika penonton lain ketawa, dan emang dalam hati gue juga mempertanyakan umur Nagabonar, dan selama film berlangsung kerjaan gue cuman ngitungin umur si Nagabonar ama Bonaga ajah daripada manyun sendirian, duduk sebelahan ama belanjaan sayur-mayur…

    Suka

  15. etnahannie Avatar

    aku belum nonton, tapi pengen banget.hahaha… segitunya ngitungin umur mereka, kang mbot? eh iya, btw salam kenal ya!

    Suka

  16. aalayaa Avatar

    yupe 🙂 menurut gue juga ga bagus2 amat ya…gambar2nya biasa aja, ceritanya lumayan sih.

    Suka

  17. f1rm4n Avatar

    diahramli said: KIRANAAA!

    hah?…ada yg manggil bajaj tadi?…

    Suka

  18. p3n1 Avatar

    hebat!!!mas agung bikin reviewnya sedemikian rupa sehingga aku mikirin data2 yang udah mas agung buat…hehehehe….

    Suka

  19. diahramli Avatar

    agungks said: makanya karina langsung meninggal setelah melahirkan bonaga :)adegan drama-nya lebih bagus daripada adegan lucunya

    KIRANAAA!

    Suka

  20. fickleboon Avatar

    iseng amat ngitungin umur ^^

    Suka

Ada komentar?

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca