Ekspedisi Madewa

– film lokal dengan resep Hollywood –
– tapi kok ya rasanya tetep aja lokal –

S
eperti pernah gue bahas dulu, film-film action Hollywood punya sejenis “resep sukses” yang dipake di hampir semua film: jagoan keren dan macho, sidekick lucu-lucuan, dan cewek cantik yang awalnya jutek thd si jagoan tapi lama-lama naksir juga. (Untuk lengkapnya, klik review gue tentang film Mr. and Mrs. Smith di sini).

Film “Ekspedisi Madewa” (EM) ini kelihatannya mencoba untuk mengadopsi resep yang sama. Ceritanya tentang Tiro (Tora Sudiro) pegawai dari sebuah perusahaan bernama Madewa yang tugasnya ngawal ekspedisi2 arkeologi – ini dia jagoannya. Dia didampingi oleh Satrio (Ari Dagienkz) – ini dia sidekick lucunya. Pada suatu ketika, Tora, eh… Tiro menemukan sebuah benda purbakala (dalam film sih disebutnya ‘artefak’ tapi gue takut ah menggunakan kata tersebut, nanti kalo didenger orang disangkanya gue lagi ngomong jorok – mana lagi musim RUU Porno gini lagi). Benda purbakala tersebut dibawa ke lab untuk diteliti oleh profesor Kuncoro (Frans Tumbuan), dan setelah terjadi sebuah insiden ketahuan bahwa benda itu ternyata mampu menampilkan gambar orang-orang jaman dulu. Mungkin benda itu adalah sebuah DVD player purba*.

Benda purbakala yang dibawa ke lab menceritakan tentang kehebatan sebuah keris sakti, maka diluncurkanlah sebuah ekspedisi bernama Ekspedisi Madewa yang diongkosi oleh seorang cukong bernama Adinoto (Pierre Gruno) untuk mencari keris tersebut. Dalam rombongan turut serta anak Prof. Kuncoro yang cantik jelita bernama Sandika (Marsha Timothy) – ini dia cewek juteknya. Nah, karena semua tokoh standar sudah keluar, petualangan bisa dimulai. Oh iya, jangan lupa bahwa petualangan ini diintai oleh penjahat keji bernama Maulana (Indra Birowo).

Satu hal yang membedakan film ini dengan film2 Indonesia lain yang muncul belakangan adalah settingnya yang lumayan ‘kolosal’**. Ada adegan pertempuran yang… yah, lumayan lah – melibatkan figuran yang banyak banget – dan juga ada set candi kuno yang kayaknya bikinnya susah. Lumayan buat penyegaran dari film2 Indonesia terbaru yang settingnya kalo nggak di Jakarta (khususnya seputaran jl. Thamrin dan Sudirman), Bali, atau Bandung.

Dari segi akting, Tora bermain rileks dan nampak cocok dengan Ari Dagienkz. Kayaknya si Ari sebentar lagi laris sebagai spesialis peran pendukung karena kehadirannya cukup mujarab untuk mengangkat mood di tengah film yang ceritanya basi. Tapi sayangnya film EM memerlukan lebih dari satu satu Ari untuk bikin penonton terkesan.

Seperti biasa, kelemahan film Indonesia adalah dari segi penalaran cerita. Pertanyaan sederhana yang paling sering dilewatkan oleh para pembuat film negeri ini adalah: “Kenapa?” Contoh:

  1. Kenapa benda purbakala yang ditemukan Tiro tau-tau meledak di laboratorium?
  2. Kenapa Maulana ngincer rombongan Madewa melulu? Apakah nggak ada rombongan purbakala lain yang bisa dia ganggu?
  3. Kenapa Adinoto penasaran banget kepingin menguasai keris pusaka?
  4. Kenapa bangunan purbakala yang menyimpan benda pusaka selalu runtuh kalo benda purbakalanya diambil? (yang ini bukan pertanyaan spesifik buat film EM doang sih, tapi untuk seluruh film action bertemakan penggalian purbakala di luar sana termasuk Indiana Jones dan Tomb Raider).

Selain itu, penggambaran proses pencarian benda purbakala di film ini disederhanakan sedemikian rupa hingga sederhanaaaa banget sampe bisa bikin anak2 jurusan Arkeologi pada pingin garuk-garuk candi ngeliatnya. Lah gimana enggak; masa nih ya, waktu benda purbakala yang ditemuin Tiro dibawa ke lab, yang dilakukan oleh Profesor Kuncoro hanyalah merintah salah satu anak buahnya “tolong jalankan program komputer anu…” trus si anak buah mencet2 keyboard, gambar menunjukkan ada sebuah satelit bergerak, lantas =JRENGGGGG= di layar monitor muncul peta lokasi keris tersebut berada. Gue sih cukup sadar ya, bahwa diri gue awam baik di bidang arkeologi maupun persatelitan, tapi setau gue belum ada deh satelit yang bisa nyari keris. Soalnya kalo satelit emang bisa secanggih itu, entar para perusahaan pengelola satelit pada kebanjiran order orang minta cariin dompet ilang, kacamata ketinggalan, dan handphone kecopetan.

Udah gitu komentar tokoh Sandika yang digambarkan ‘ahli’ membaca tulisan-tulisan kuno juga te-o-pe-be-ge-te. Adegannya, dia disuruh bapaknya untuk membaca tulisan yang ada di benda purbakala. Setelah beberapa menit mengeryitkan dahi dan menelusuri benda tersebut dengan telunjuknya, dia menyerukan sebuah komentar yang cerdas banget, “Ayah…! Tulisan ini menggunakan bahasa Dipa yang sekarang sudah punah…!” Ya kalo tulisannya pake bahasa Betawi ngapain juga minta tolong elu nerjemahin neng, nanya Mandra juga bisa.

“Ayah…! Tulisan ini menggunakan bahasa Dipa yang sekarang sudah punah…!”

Waktu tim sampe di sekitar lokasi keris juga ada dialog2 ‘teknis’ yang lucu2 banget. Ceritanya rombongan menggunakan piranti elektronik canggih nih, untuk menemukan si keris wasiat. Trus muncul adegan Prof. Kuncoro duduk bareng seorang kacung kampret yang sedang nyureng di depan sebuah laptop. Kata pak profesor, “Coba jalankan carbon test untuk mengetahui usia tempat ini”. Padahal di mana-mana yang namanya carbon test tuh dijalankan kalo bendanya udah ketemu, diambil sampel sedikit, terus diutek-utek buat mengetahui usianya. Kalo bendanya belum ketemu, apanya yang mau dicarbon test? Mungkin maksud pak profesor, si kacung kampret disuruh ambil kertas karbon buat ngetik surat ijin keramaian kepada camat dan lurah setempat.

Trus lucunya lagi, mereka kebingungan menemukan titik pasti letak si keris pusaka bersemayam. Jalan keluarnya, mereka ngeliat peta lokasi yang terpampang di komputer, dan menemukan satu bagian yang bentuknya berkelok-kelok seperti keris. Abis itu Panji, adiknya Sandika nyeletuk, “Tuh, bentuk petanya udah kaya keris…!” dan seluruh rombongan termasuk pak profesor dan Sandika yang ahli bahasa purba langsung setuju bahwa keris pasti berada di kelokan yang paling ujung. Padahal gue yakin kali Ciliwung juga kalo diliat dari atas pasti bentuknya belok-belok kayak keris. Demikian juga dengan kali2 lain di seluruh nusantara.

Akhir kata, budget 7 milyar yang dihabiskan untuk bikin film ini alangkah sungguh mubazirnya karena nggak didukung cerita yang kuat. Tapi sebagai penghargaan atas pembuatan set dan properti yang kayaknya ribet banget, juga buat bagian konsumsi yang pastinya harus begadang-begadang untuk nyediain makan ratusan figuran*** adegan perang di awal film, maka gue persembahkan 2 bintang untuk film ini. Saran gue: jangan, jangan sampai terlintas niat untuk bikin “Ekspedisi Madewa 2” – lebih baik bikin film yang murah meriah tapi ceritanya bagus, dan bisanya menjawab pertanyaan simpel “Kenapa?”





*ya ya ya gue tau ini garing.

**Jadi inget jaman film Saur Sepuh baru keluar dulu, semua orang jadi tergila-gila dengan istilah ‘film kolosal’ dan gampang ditebak, abis itu bermunculan sederetan film yang nggak mau kalah ‘kolosal’. Entah ada kesalahan apa di sini, pemahaman orang akan istilah ‘film kolosal’ adalah:

“film yang menceritakan tentang kejadian di kerajaan jaman dulu, di mana orang2nya pada naik kuda dan nampak bau karena berkeringat padahal nggak pake baju dan males cukur bulu ketek, serta mengandung banyak adegan pertempuran menggunakan pedang yang keliatannya seperti dibikin dari kertas perak.”

***mana figurannya badannya gede-gede lagi, pasti makannya banyak.

Gambar: dari situs resmi film Ekspedisi Madewa.

31 comments


  1. mbot said”pick any subject, masukin kata ‘kenapa’, maka akan jadi rumit”Gua mau nanggepin ‘contoh’ yang di kasih sama mr mbot:’gila ya hari ini macet banget.”kenapa lo berpendapat demikian?”KARENA TADI DARI SUDIRMAN SAMPAI KUNINGAN AKU TEMPUH DALAM 2 JAM, BIASANYA CUMA 20 MENIT”menurut lo kenapa hari ini macet?”MUNGKIN KARENA TADI HUJAN DAN TERJADI BANJIR DIDAERAH SANA, KAN BIASA KALAU HUJAN TRUS BANJIR MOBIL2 JALANNYA JADI LAMBAT BAHKAN ADA YANG GAK BERANI SAMA SEKALI LEWATIN GENANGAN AIR. JADI PADA BERUSAHA PINDAH2 JALUR DAN AKHIRNYA BIKIN JALAN SEMRAWUT DAN AKHIRNYA MACET DEH”bang, beli tomatnya setengah kilo”kenapa setengah kilo bu?”KARENA SAYA RASA SAYA CUMA BUTUH SEGITU BANG”yaudah, kenapa beli tomat bu? kenapa nggak manggis?”KARENA YANG SAYA BUTUH ITU TOMAT BANG, BUKAN MANGGIS, SAYA MAU BIKIN SUP TOMAT KESUKAAN ANAK SAYA’bener oi jadi rumit ya!Tapi point yang mau gua angkat disini bukan rumit atau nggaknya pertanyaan dengan kata ‘KENAPA’ itu, tapi justru JAWABAN YANG INTELEKTUAL yang bisa menjawabnya.Karena kalo melihat dari contoh2 dialog oleh mr mbot tadi, mempertegas dugaan gua kalo kita ini, orang Indonesia, punya tendensi untuk mengabaikan analisa situasi dan hanya menjawab asal2an.Kalo di luar negeri sana, ada yang namanya EDUCATED GUESSING, atau bahasa Indonya, tebakan yang terpelajar. Cara ini adalah salah satu cara untuk menjawab dengan baik sebuah pertanyaan yang menggunakan kata ‘KENAPA’.Gua setuju sama pertanyaan nadnuts yang bilang “KENAPA adalah kata tanya paling cerdas dari semua kata tanya yg ada…”.Masalahnya sekarang adalah ‘BAGAIMANA’ cara kita untuk menjawab pertanyaan ‘KENAPA’ itu. Dan gua lihat film EKSPEDISI MADEWA itu kurang dalam segi ini ya.


  2. andriedaniel said: nambahin gung….kenapa sih yang di cari keris…huaaaaa

    iya. kenapa nggak nyari tombak aja ya?*sebab nanti kalo ceritanya nyari tombak, ada yang nanya ‘kenapa nyari tombak, nggak nyari keris aja? huhuhuhu*


  3. mbot said: aneh bener ya, ngapain repot2 bikin bangunan untuk nyimpen bareng kalo bangunannya akan runtuh saat barangnya diambil. mending dipendem di tanah aja, praktis.

    lha pan situ yang kuliyahnya di sikoloji?ini bukannya cerminan logika primitip : kalo gue ga bisa punya, gak ada yang boleh punya! atau.. memperlakukan benda di atas segala-galanya atau..mbuh ah..pan situ yang sikoloh. ;-P


  4. louiesmum said: hahahaha. kamu lucu deh (terutama yang kata ‘artefak’! maksaaaa banget!! hahaha) mau ngga nanggap di lapangan bola depan kelurahan pas 17 agustus nanti? kekekekekekeke… good review.. 🙂

    coba nanti bicarakan aja dengan manager saya…*halah*


  5. cindil said: hua ha ha ha…lucu banget sih gaya mengulasnya. Apalagi yang soal satelit, kesannya kaya film anak anak yg lagi mainan satelit boong-an ha ha ha … two tumb up buat laporannya

    makasiiiy… 😉


  6. myshant said: mendingan nonton Into the blue aja toh ?biarpun dicela ceritanya terlalu sederhana, tapi toh lumayan bertaburan perut indah si jessica alba ..huehehehe

    ya ampuuun… masih lho dia dengan jessica albanya itu… ckckckck….


  7. sorayalannazia said: baru ngeh ada Ari Dagienkz….kapan ada film kocak kyk JomBlo lg yah!mendingan Tora yg main dikomedi itu…hehehhehe 😉

    tora disuruh jadi siapa? jadi ayam? hehehe…


  8. nadnuts said: padahal KENAPA

    dan paling susah dijawab. pick any subject, masukin kata ‘kenapa’, maka akan jadi rumit. contoh:’gila ya hari ini macet banget.”kenapa lo berpendapat demikian?”ya karena macet”menurut lo kenapa hari ini macet?”bang, beli tomatnya setengah kilo”kenapa setengah kilo bu?”sebab kalo sekilo kebanyakan”kalo gitu, kenapa gak 3/4 kilo?”masih kebanyakaaaan!!!”yaudah, kenapa beli tomat bu? kenapa nggak manggis?’garuk aspal….


  9. dbaonk said: jadi barang ajaib itu dijadiin bagian integral dengan bangunan,bahkan bagian penting – yang mana kalaulah kemudianbarang tersebut diambil/dirubah posisi, maka struktur bangunan akan kolaps.

    aneh bener ya, ngapain repot2 bikin bangunan untuk nyimpen bareng kalo bangunannya akan runtuh saat barangnya diambil. mending dipendem di tanah aja, praktis.


  10. mbot said: Pertanyaan sederhana yang paling sering dilewatkan oleh para pembuat film negeri ini adalah: “Kenapa?”

    padahal KENAPA adalah kata tanya paling cerdas dari semua kata tanya yg ada…-menurut gw-


  11. Kenapa bangunan purbakala yang menyimpan benda pusaka selalu runtuh kalo benda purbakalanya diambil? (yang ini bukan pertanyaan spesifik buat film EM doang sih, tapi untuk seluruh film action bertemakan penggalian purbakala di luar sana termasuk Indiana Jones dan Tomb Raider).=====================================================gue kira ini muasal pikirannya dari penggalian-penggalian bangunan kuno mesir.intinya sih, bangunan kuno yang nyimpen barang ajaib,dibangun dengan mekanisme self destruction.jadi barang ajaib itu dijadiin bagian integral dengan bangunan,bahkan bagian penting – yang mana kalaulah kemudianbarang tersebut diambil/dirubah posisi, maka struktur bangunan akan kolaps.kayaknya pikiran ini muncul dan menghebohkan duniakarena penemuan-penemuan bangunan pyramid,dimana kemudian setelah diselidiki secara iptekbanyak disebarluaskan ke masyarakat (lewat jurnal ilmiah atau sekedar koran gosip)akan keunikan dan kecanggihan arsitekturnyah.tapi kalau ditanya kenapa SEMUA bangunan purbakalayang nyimpen bangunan ajaib trus ndilalah-nya kokbisa punya kesamaan struktur,mungkin karena alien yang ngajarin bikin struktur itu memangsempet keliling-keliling di berbagai kebudayaan kuno.


  12. rytams said: oooh… gitu ya mas?~… nyimpen uang buat nonton Berburu, eh Berbagi Suami… aja ah.

    keliatannya tuh film emang ditunggu2 banget, mudah2an bisa sebanding sama ekspektasi penonton

Tinggalkan Balasan