“Akunya lagi kesyell deh…” kata Ida
“Kesel kenapa?”
“Ngga tau…”
-Wah gawat nih.-
“Masa ngga tau sebabnya?”
“Pokoknya lagi kesel!”
“Hmm mau dihibur ngga?”
“Dihibur gimana?”
“Didongengin. Atau mau dinyanyiin?”
“Udah pernah dinyanyiin. Lagu pilihan kamu enggak banget. Dongeng apa?”
“Kancil dan Pemburu. Mau?”
“Pasti garing.”
“Lho paling enggak kan kamu bisa menghargai effortku lah…”
“Ya udah deh sana dongeng. Awas kalo bikin tambah kesel.”
“Ya deh, diusahain ya …
Pada suatu hari, si Kancil sedang berjalan di tepi sungai“
[dengan nada kritis]”Kenapa sih kalo dongeng depannya harus pake pada suatu hari ?”
“Sebab kalo pada beberapa hari nanti ceritanya kepanjangan sayangku cinta…”
“Iiih…”
“Lagian nanya yang enggak2”
“Ya udah terusin.”
“Apanya?”
“Dongengnya TADIIII…” [mulai emosi]
“Ya udah diterusin nih…” [sambil menahan perasaan]
si Kancil berjalan di tepi sungai dengan riang gembira. Tiba2, ia terpleset dan nyemplung ke kali. Kancil sangat bingung dan panik, krn dia tidak bisa berenang.
“Kayak kamu”
“Iya kayak aku.
Kancil berteriak-teriak, toloooong tolooooongggg Kebetulan, di dekat situ ada seekor Burung yang mendengar teriakan Kancil. Burung langsung terbang hendak menolong. Diambilnya sehelai daun dengan paruhnya, dan
dijatuhkan di dekat tempat Kancil tenggelam
“Tunggu deh, bukannya di cerita aslinya yang tenggelam itu SEMUT?”
“Ya sekali2 Kancil emang kenapa sih, semut melulu bosen.”
“Lagian daunnya segede apa coba… tauk ah . Ya udah sana lanjutin…”
“Lanjutin ya.
Kancil segera naik ke atas daun tersebut, dan kemudian Burung menjepit daun dengan paruhnya, membawa daun dengan Kancil di atasnya terbang ke pinggir sungai ”
“…”
“Halo?”
“Iya udah lanjutin. Ya Allah, Ya Robbi dongengnya…”
“Ya kan aku sedang mencoba menghibur…”
“Iya, iya, lanjutin…”
“Nah, setelah Kancil selamat sampai di pinggir, Kancil mengucapkan terima kasih kepada Burung.
“‘Burung’, kata Kancil, ‘Terima kasih ya telah menyelamatkan nyawaku. Aku
bersumpah akan membalas budi kepadamu, karena aku telah berhutang nyawa.’
‘ Ah tidak perlu, Kancil’, kata Burung, ‘Bukankah ini telah menjadi kewajiban kita sebagai sesama binatang…’
Tapi Kancil tetap berniat untuk membalas budi kepada Burung.
Beberapa waktu kemudian, saat Kancil sedang berjalan-jalan di hutan, dilihatnya seorang pemburu sedang membidikkan senapannya ke arah burung.
‘Wah celaka ‘, kata Kancil, Burung mau ditembak sama pemburu. Aku harus berbuat sesuatu.
Maka pergilah Kancil ke sungai. ”
“Lho, kok ke sungai lagi? Ngapain? “
” Udah dengerin aja dulu.
Di sungai Kancil memanggil para buaya yang sedang berjemur, ‘Buayaaa…. buayaaaaa… cepat berkumpul..!’
‘Ada apa wahai Kancil?’ kata para buaya
‘Cepat berkumpul! Ada pemburu hendak menembak Burung. Kita harus menolongnya, sebagai wujud kerukunan sesama binatang.’
Maka bergeraklah para buaya naik dari sungai, dan berbondong-bondong
mengikuti Kancil menuju tempat pemburu sedang membidikkan senapannya.
Pemburu sangat kaget melihat ratusan buaya mendekat ke arahnya. Tanpa pikir panjang, dialihkannya bidikan senapan ke arah para buaya. Ditembakinya seluruh buaya tersebut hingga mati semuanya. Setelah para buaya mati, pemburu mengambil kulitnya, dan membawanya ke kota.
ITULAH ASAL-USUL TOKO TAS ELIZABETH, BANDUNG.
Sekian.
Gimana dongengnya, menghibur nggak?”
“Dongeng paling malesin yang pernah aku denger.”
“Tapi, keselnya jadi ilang nggak?”
“Mayan deh.”
-Mission accomplished.-

Tinggalkan Balasan ke mbot Batalkan balasan