
Sore tadi kami, orang-orang kantoran, berdiskusi serius tentang sebuah topik genting:
Apakah ballpoint mengandung ball / bola? Kalau ya, di sebelah mananya? Kalau enggak, kenapa namanya ballpoint?
Penting sekali, memang.
Maka malam ini gue melakukan riset kecil-kecilan, dan menemukan bahwa ternyata ballpoint memang berhak menyandang kata ‘ball’ dalam namanya karena dia memang benar-benar mempunyai bola. Di mana?
Tentunya di point (ujung) -nya.

Ballpoint, yang nama lengkapnya ballpoint pen (untuk membedakan dengan pen jenis lainnya) mengeluarkan tinta ke kertas dengan cara yang mirip dengan deodoran roll-on. Cairan yang tersimpan mengenai bola, kemasannya digerakkan sehingga bola berputar, dan permukaan bola yang terkena cairan mengenai permukaan yang dituju. Itu sebabnya, ballpoint yang habis jatuh biasanya jadi nggak enak lagi dipake, karena posisi bola di ujungnya udah bergeser. Kalo udah gini mending dibuang, atau diem-diem dituker dengan milik temen yang lagi meleng.

Lidah orang Indonesia yang suka menggampangkan pelafalan segala jenis kata lantas mengubah sebutan ballpoint menjadi bolpen, habis itu mulai menyamakan bolpen dan pulpen. Padahal, pulpen lain lagi ceritanya. Pulpen berasal dari bahasa Belanda vulpen, yang terjemahan bebasnya “pena yang diisi”. Jenis tintanya lebih cair dari ballpoint, dan bisa diisi ulang kalo habis. Caranya adalah dengan mencelupkan ujung pulpen ke dalam botol tinta dan memencet kantong udara di dalamnya untuk menyedot tinta.

Referensi:

Ada komentar?