
Jadi yang pertama, kalo elo bergerak di bisnis makanan, punya banyak keuntungan. Keuntungan yang terpenting adalah: elo akan jadi benchmark untuk semua makanan sejenis yang mungkin muncul.
KFC, contohnya. Dialah ‘fried chicken’* pertama yang gue rasain, maka yang tertanam di kepala gue ‘fried chicken’ tuh ya kayak KFC gitu rasanya. Yang mengaku-ngaku ‘fried chicken’ tapi rasanya nggak kayak KFC, nggak gue itung sebagai ‘fried chicken’. Termasuk produk KFC sendiri, yang crispy itu. Gue tetep lebih suka yang original recipe.
Hal yang sama berlaku buat Gandy Steak House. Steak ‘serius’ pertama yang terekam di otak gue adalah steaknya Gandy. Dan yang gue maksud ‘serius’ di sini adalah steak yang dihidangkan di atas hotplate dengan bumbu dan rasa steak**. Buat gue, Gandy adalah contoh steak yang baik dan benar.
Maksud gue,
…kalo pingin tau gimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar, tanya sama Jus Badudu.
…kalo pingin denger gimana teknik nyanyi yang baik dan benar, denger Ruth Sahanaya.
…kalo pingin ngerasain steak yang dibuat secara baik dan benar, makan steaknya Gandy
Bertahun-tahun gue jadi pengunjung setia resto ini, nggak pernah ada yang berubah dari kualitas rasa maupun suasana tempatnya. Seporsi steak sedap selalu dihidangkan di atas hotplate mengepul, dengan saus jamur yang disiramkan sesaat sebelum steaknya diletakkan di meja, ditemani sepiring sayuran rebus yang manis, di atas meja merah bergambar kepala sapi, dengan iringan lagu-lagu dari penyanyi bersuara night club 70-an. Sama sekali nggak ada yang berubah.
Buat yang kepingin nyoba steak terbaik di Indonesia, pergilah ke Gandy. Gimana dengan Sizzler? Boleh juga, kalo lagi laper banget dan kepingin makan salad sampe kenyang. Kalo abis makan salad masih kepingin makan steak? Pergilah ke Gandy.
Kesan-kesan pengunjung Gandy dari Malaysia bisa dibaca di sini.
PS:
Bakery-nya Gandy juga punya bacang terenak di Asia-Pasifik, ukurannya segede kepalan tangannya Barry Prima, dengan komposisi 95% daging, 4% bungkus daun, dan 1% beras. Enuaknya luar biasa, cocok buat hidangan buka puasa.
PS lagi:
Dengan sangat menyesal resto ini ternyata udah nggak jual bacang lagi
*kalo berdasarkan definisi para penjual ‘fried chicken’ di pinggir jalan, yang namanya ‘fried chicken; adalah ayam yang dibalut tepung dan digoreng kering. Kalo yang dibumbu kuning atau bumbu bacem, namanya ‘ayam goreng’.
**Masalahnya di akhir 70-an dan awal 80-an kebanyakan restoran yang menyediakan steak biasanya menyebut makanan itu sebagai bistik, dihidangkan di atas piring beling, dan rasanya seperti semur.

Ada komentar?