Honeymoon hari 1: tim rusuh MP, bebek, dan monyet

Special trip, started with a special way.

Sabtu 17 Desember 2005

Seluruh barang udah di-pack, siap berangkat ke Bali. Tau2 sebuah sms masuk. Dari Ari si
bupati, ngajakin nongkrong ke Ancol. Gue jawab, mendingan nongkrong di rumah gue aja deh, toh posisi mereka saat itu nggak terlalu jauh dari rumah.
Nggak lama kemudian berdatangan lah tim rusuh MP: diawali dengan Nozqa diboncengin sama Aribowo-Mediasauna. Habis itu muncul Bayu, Ari Bupati, Mas Idaman, Sigit mbonk, Rahman-Seblat, Dewi, dan Ary-Harigini yang dijemput dari rumahnya. Total ada 11 orang, dan 3 di antaranya bernama ‘Ari’. Luar biasa.
Terakhir kali gue nongkrong sampe pagi di teras adalah tahun 1996, waktu ultah gue ke 23.
Lucu rasanya bisa ngalamin ini lagi, dengan kumpulan yang berbeda. Tanpa diskenario dan direncana, acara nongkrong nggak jelas ini berkembang jadi ajang sharing yang seru banget…! Banyak offline dan behind the scene facts yang bikin acara kita nyaris disatronin polisi (ini hiperbola – tapi ya, ada kantor polisi di depan rumah gue. And btw, rumah di sebelah itu rumah artis lho, rumahnya Adam Jordan – suatu fakta yang mungkin kurang penting walaupun benar).

Minggu 18 Desember 2005

Acara nangkring berlanjut sampe pagi, diteruskan dengan wisata boga mencicipi bubur Tanjung. Buat Bayu, ini bubur ayam terenak nomer 3 di Indonesia Bay, bukan terenak di Asia Tenggara 🙂 Perjalanan menuju bubur Tanjung yang berjarak sekitar 1 km ditempuh anak2 sinting ini dengan berjalan kaki. Sama sekali nggak ada tanda2 kelelahan walaupun Ari bupati, misalnya, belum pulang dari kantor dari kemarinnya. Perjalanan tetep aja diisi dengan
dengan foto2 di tengah jalan, dan tour menunjukkan rumah2 selebritis setempat (rumah jendral Nasution, rumah mbak Tutut dan Tommy Suharto….).

Sehabis acara ngebubur, sebagian anggota bubar jalan. Ari bupati, Bayu, Nozqa, Rahman,dan Sigit ikut lagi ke rumah gue. Sigit langsung mendemonstrasikan kebolehannya tidur dengan gaya cicak di sofa depan. Sementara itu Rahman, Ari dan Nozqa nampak serius membahas urusan kalender dan buku kumpulan puisi.

Jam ½ 9, gue dan Ida nyegat taksi buat berangkat ke bandara, diiringi lambaian tim rusuh MP di depan rumah. Bye guys, it was a really-really-really-great night! Kesempatan yang langka banget bisa begini, karena di kopdar-kopdar yang lebih ‘terencana’ biasanya nggak bisa ngobrol sebanyak ini.

Gue dan ida langsung berunding mengenai satu isu mendasar:
kita mau ke mana?

Pesawat ngaret2 dikit seperti biasa, dan kosong banget! Ini kayaknya saat yang tepat banget buat ke Bali, nggak penuh. Gue tidur di sepanjang perjalanan, baik di taksi maupun di pesawat.

Mendarat di bali sekitar jam 2 kurang (waktu setempat). Gue dan ida langsung berunding mengenai satu isu mendasar: kita mau ke mana?

Ya, perjalanan ke bali hari pertama memang sengaja kami biarkan blank tanpa persiapan apa2: belum pesen hotel, bahkan belum tau mau ke mana. Biar ada unsur kejutan dan excitement-nya sedikit! Sedangkan untuk hari ke dua dan seterusnya, kami udah booking hotel Harris dan Alam Kulkul di Kuta.

Waktu mau keluar dari airport, kami menemukan rak yang memajang brosur dan peta wisata gratis se-bali, lengkap. Setelah nyomot beberapa versi peta, kami berunding di depan airport. Ada sedikit kejutan; baruuu… aja beberapa langkah menjauh dari pintu keluar, HP Ida bunyi. Sebuah nomor tak dikenal terpajang di layar.

“Halo… ya… ini Ida… ini siapa ya? Windy? Windy mana ya…?” tanya Ida bingung. Beberapa saat kemudian…”Oh, bukan Windy? Siapa? Willy? Willy..??? Ya ampun, ini Wilce…!”

Wilce alias escoklat juga termasuk deretan orang-orang pertama yang masuk dalam daftar contact gue. Setelah ditemukannya sejumlah koneksi yang semakin membuktikan betapa sempitnya dunia, kami sebenernya penasaran banget pingin ketemuan sama dia. Tapi sayang sekali, Wilce udah mau balik ke Singapore hari Rabu, sementara kami baru akan balik ke Jakarta hari Kamis malam. Yah… memang belum takdirnya bisa ketemuan ya Wil…!

Abis teleponan sama Wilce, kami menggelar gepokan peta bali gratisan di atas meja KFC. Masih belum tau kapan bisa nemu tempat yang lebih ‘layak’ untuk makan siang, jadi makan apa yang ada aja dulu deh, daripada keburu masuk angin.

Akhirnya dengan pertimbangan baik Ida maupun gue sama-sama belum pernah ke Ubud, maka kami memutuskan untuk melewatkan honeymoon hari pertama ini di sana. Selesai makan kami langsung nyewa taksi airport, dan menempuh perjalanan sekitar 1 jam ke ubud. Itu udah termasuk ngebut ya, mengingat supirnya yang masih berdarah muda itu lari minimal 80 kmh.

Ubud, ternyata dari segi fisik mirip banget dengan Kuta – minus pantai dan keramaian. Banyak toko2 di kanan kiri jalan sempit yang berkelok2. Supir taksi langsung mengarahkan kami ke sebuah bungalow yang kayaknya emang didesain khusus untuk orang berhoneymoon: nggak ada tivi di kamar dan setting kamar yang terpisah cukup jauh satu dengan lainnya. Rencana awalnya sih kita mau liat2 beberapa hotel dulu sebagai komparasi sebelum menjatuhkan pilihan. Tapi berhubung sampe sana disambut ujan, dan yang satu ini nampak cukup nyaman untuk dihuni, ya udah lah. Begitu dapet kamar, gue langsung balas dendam tidur sampe sore. Maklumlah udah ada umur, begadang semalem aja bikin leher gue agak kaku dikit.

Bangun dengan kelaparan, gue dan Ida inget ada sebuah cafe yang nampak asik banget dalam perjalanan naik taksi menuju ke cottage tadi siang. Kami mencoba menelusuri jalan, berusaha nemuin kembali cafe tersebut. Di sebuah toko kami nanya ke penjaganya, ‘mbak, saya tadi waktu ke sini lewatin cafe bertingkat dua yang bangunannya kayu, kira2 mbak tau nggak ya?’ Si mbak nampak bingung, tapi akhirnya mengarahkan kami menuju cafeBebek Bengil.

Dalam perjalanan menuju cafe yang ditunjukkan sama si mbak, kami jadi paham kenapa tadi dia nampak bingung… karena ternyata di sepanjang jalan BANYAK banget cafe bertingkat dua dengan bangunan kayu!

Hampir 1 jam jalan kaki, kami sampe di cafe Bebek Bengil dan… ternyata bukan itu cafe yang kami lihat tadi siang. Hmmm… jadi bertanya-tanya, jadi yang tadi siang itu cafe betulan atau jadi-jadian sih?

Sehabis bensin dikuras untuk jalan kaki 1 jam, gue dan Ida langsung pesen2 makanan dengan penuh harap. Mbak2 waitress mencatat, lantas pergi dan kembali 10 menit kemudian untuk mengabarkan bahwa… dapur udah tutup dan nggak nerima pesenan.

Dengan perasaan tersia-sia gue dan Ida kembali meneruskan perjalanan. Kali ini nggak ada ambisi menemukan cafe asik yang tadi siang, cuma asal nemu cafe yang dapurnya masih buka aja deh!

Nggak jauh dari bebek bengil ada cafe yang menjawab ‘ya’ saat kami tanya bukanya masih lama apa enggak. Nama cafenya ‘barandi’, makanannya enak dengan porsi yang bikin gue membungkus pulang setengah makanan gue saking gedenya. Terbayar sudah jerih payah
1 jam perjalanan mencari makan. Setelah selesai maka
n, kami ngeliat pajangan di dinding dan baru tau, ternyata cafe ini termasuk salah satu cafe yang mendapat rekomendasi dari salah satu majalah wisata di bali! Pantes enak.

Pulangnya, gue dan ida uji nyali dengan mengambil rute melewati monkey forest, tempat wisata berisi monyet yang kalau malem gelap gulita – cuma ada 1 lampu jalan, dan di kanan kirinya ada patung monyet gede banget. Spooky abis deh tuh tempat. Tapi pas lewat situ ternyata biasa aja kok, nggak ada kejadian2 aneh. Cuma si ida aja yang megang tangan gue kenceng banget. Dalihnya, ‘aku sih nggak takut hantu ya, cuma takut ada orang jahat di sini.’. Gue bilang, ‘orang sholat takutnya cuma sama Allah.’

Setelah melewati monkey forest, kami sampe di hotel, naro2 barang sebentar, terus… berangkat lagi nyari warnet!

Ok, sekian dulu laporan pandangan mata hari pertama. Mudah2an besok gue bisa nemu warnet yang ok di Kuta ya!

Foto-foto semalam bersama tim rusuh MP bisa diklik di sini

Foto-foto Honeymoon hari 1 bisa diklik di sini.

30 comments


  1. sorayalannazia said: mba yuni jgn heran … emang mas mbot ini kyk gitupas mo ngelamar mba ida aja, abis prosesi hunting warnet n melaporkan kejadian…wahahhahaha.prosesi pernikahan jg gitu, so no wonder pas honeymoonnya jg…wahahha!mgk pas honeymoon hrs ada badan sensornya kali yah…wahahahha!

    habis, mau sharing sama siapa lagi kalo bukan sama MP-ers, my dearest family… 🙂


  2. myshant said: keknya kafe ini pernah direview sama pak bondan(jalansutra) dehmakanannya siy enak, tapi kalo’ udah tutup ? huhuhu …kejutan di hari pertama ya ? 🙂

    kejutan yang luar biasa, secara saat itu kami lapar berats….!


  3. himma said: betull tuh ..hantu mah udah biasa liat yah…yg pake sarung ninja itu kan juga mirip..hihihihihi

    mungkin waktu kami lewat situ hantunya yang pada bubar… takut diterkam ninja sarung! hehehe


  4. himma said: ini honey moon apa wartawan

    mba yuni jgn heran … emang mas mbot ini kyk gitupas mo ngelamar mba ida aja, abis prosesi hunting warnet n melaporkan kejadian…wahahhahaha.prosesi pernikahan jg gitu, so no wonder pas honeymoonnya jg…wahahha!mgk pas honeymoon hrs ada badan sensornya kali yah…wahahahha!


  5. mbot said: Hampir 1 jam jalan kaki, kami sampe di cafe Bebek Bengil

    keknya kafe ini pernah direview sama pak bondan(jalansutra) dehmakanannya siy enak, tapi kalo’ udah tutup ? huhuhu …kejutan di hari pertama ya ? 🙂