Satu hal yang gue heran dari orang Indonesia adalah, selama ini hidupnya ngeblangsak terus, tapi kalo diajak ngirit susahnyaaa setengah mati. Suatu hari gue pulang kantor jam 9 malem trus iseng jalan kaki ke rumah, dan believe it or not jam segitu di Kuningan masih macet aja. Mobil berderet-deret dipenuhi orang-orang bertampang bete, ada yang lagi mencet-mencet radionya, ada yang mencet-mencet henfon, nanti kalo udah deket traffic light pada mencet-mencet klakson, dan HAMPIR SEMUANYA SENDIRIAN DI MOBIL.

Pemandangan itu bikin gue teringat sama salah satu ide lama, yang gue yakin kalo dijalanin pasti bisa mengurangi kemacetan Jakarta. Gue nggak tau harus ke mana menyalurkan ide ini, mudah-mudahan dengan ditulis di sini ada siapa-lah pejabat berwenang tertarik untuk mengadaptasi. Feel free to steal this idea, as long as it could make Jakarta’s traffic better, good enough for me.

Dasar pemikiran:

1. (Hampir) semua orang Jakarta ngantor di daerah Sudirman-Thamrin-Gatot Subroto.
2. (Hampir) semua orang Jakarta tinggal di Bekasi.
3. (Hampir) semua orang yang ngantornya di daerah Sudirman-Thamrin-Gatot Subroto dan rumahnya di Bekasi pada bawa mobil sendiri-sendiri ke kantor.
4. Fakta nomer 3 bikin jalanan macet.
5. Fakta nomer 4 bikin orang Jakarta dari hari ke hari tambah gila.

Konsep Carpooling

Konsep ini sebenernya udah nggak asing di negara lain, tapi entah kenapa di Indonesia nggak populer. Konsepnya sederhana aja; daripada semua orang pada bawa mobil sendiri-sendiri, kenapa nggak berangkat barengan aja sama tetangganya, toh rumahnya dan ngantornya di situ-situ juga? Klub carpooling biasanya terdiri atas sejumlah orang yang gantian menyediakan mobilnya untuk berangkat dan pulang kantor.

Berdasarkan hasil perhitungan gue, jumlah anggota yang optimal adalah 9 orang, dan setiap harinya cukup 3 dari 9 orang itu yang bawa mobil (1 mobil mengangkut 3 orang). Dari perhitungan sederhana ini aja, jumlah mobil yang keluar ke jalan bisa ditekan sampai 67%. Tabel pembagian gilirannya dalam seminggu adalah sebagai berikut:

	Anggota	S	S	R	K	J
1	Andi	c			c
2	Badu	c			c
3	Coki	c			c
4	Dani		c			c
5	Eko		c			c
6	Fauzi		c			c
7	Gani			c
8	Heru			c
9	Indro*			c

*kesamaan nama hanya merupakan kebetulan semata dan tidak menggambarkan nama-nama orang Bekasi pada umumnya.

Memang dari pola seminggu seperti di atas, kayaknya kurang adil karena Gani Heru dan Indro cuma 1 kali bawa mobil sementara sisanya harus 2 kali. Tapi bila pola yang sama berulang selama 20-22 hari kerja s
elama sebulan, maka akhirnya setiap orang akan mendapat jatah yang sama, yaitu 6-7 kali bawa mobil per bulan. Ini jauh lebih irit ketimbang berangkat sendirian di mana setiap orang harus 20 kali bawa mobil per bulan.

Berapa banyak yang bisa dihemat?

Di bawah ini perhitungan gue seberapa banyak carpooling bisa menghemat ongkos;

Keterangan	Biaya satuan	Frekuensi	Berangkat Sendiri	Carpooling
Bensin	Rp2,100	2.5**	Rp5,250	Rp5,250
Tol	Rp5,000	1	Rp5,000	Rp5,000
Joki***	Rp3,000	2	Rp6,000	Rp0
		per trip	Rp16,250	Rp10,250
		per hari	Rp32,500	Rp20,500
		per bulan	Rp650,000	Rp143,500****
		per tahun	Rp7,800,000	Rp1,722,000
			Penghematan	77.92%

**dengan asumsi konsumsi bensin 1:11 dan jarak tempuh per trip 25-30 km. Aktualnya, dengan kemacetan separah sekarang, konsumsi bensin bisa lebih tinggi.
***kalo kantornya di segi tiga emas, dan naik mobil sendirian, perlu sewa joki 2 orang, kan?
****dengan kondisi ikut club carpooling beranggotakan 9 orang dengan 3 mobil sekali jalan, sehingga sebulan cukup bawa mobil 7 kali.

Liat aja , dengan carpooling bisa ada Rp. 500 ribuan yang bisa dihemat, atau Rp. 6 jutaan per tahun! Duit segini cukup buat beli motor cina, atau tambah dikit lagi bisa dapet Honda Legenda. Atau bisa buat jalan-jalan ke Bali, naik pesawat, dan nginep di hotel nggenah. Atau bisa beli komputer.

Carpooling bahkan lebih irit ketimbang kalo lo naik bis. Let’s say lo naik bis patas AC dengan ongkos Rp. 3.300 (kayaknya sekarang bahkan mau naik tuh) plus ongkos Mikrolet Rp. 1.500-an, total Rp. 5.000-an sekali jalan. Per hari Rp. 10.000,-, dan per bulan Rp. 200.000,- sementara dengan carpooling cukup ngeluarin Rp. 143.500,-(hemat hampir 30%). Dibanding naik taksi? Nggak usah dihitung kepanjangan, jelas lebih irit carpooling.

Keuntungan lain dari carpooling

Mobil lebih awet:Karena frekuensi penggunaan lebih jarang, onderdil2 mobil nggak cepet aus dan dengan sendirinya bisa lebih panjang umur.

Lebih aman: Gue belom pernah denger cerita gerombolan kapak merah nyerang mobil yang penumpangnya banyak. Yang diincer pasti yang sendirian. Dengan ber-carpooling, lo akan lebih aman di jalan, apalagi kalo tetangga2 lo anggota Kopassus / Marinir aktif berseragam lengkap.

Lebih akrab dengan tetangga:Kehidupan jaman sekarang bikin orang makin asing dengan tetangganya sendiri. Dengan carpooling keakraban bisa ditingkatkan, jadi bisa saling tolong-menolong sama tetangga tanpa sungkan.

Membuka peluang bisnis: Gue denger dari temen gue yang selama ini udah menjalankan carpooling dalam bentuk nebeng orang yang ngetem di pintu tol, suka ada yang memanfaatkan kesempatan carpooling untuk jualan kecil-kecilan mulai dari kue kering, sarung bantal, sampe daster.

Keluarga lebih harmonis:Yang ini maksa tapi bisa bener juga – kalo bawa mobil sendiri, kejebak macet, bawaannya pingin melipir melulu. Iya kalo rutenya ngelewatin tempat2 positif, gimana kalo ngelewatin panti pijat? Iya kalo pemijatnya tuna netra, gimana kalo tuna susila? Dengan carpooling kita dijauhkan dari godaan syaiton.

Antisipasi hambatan ber-carpooling

(T)Gimana kalo tau2 salah satu anggota yang bawa mobil mendadak harus lembur, meeting malem, atau sekedar apes punya boss yang bininya galak sehingga males pulang dan anak buahnya kena setrap nggak boleh pulang hanya untuk nemenin si boss nongkrong nggak guna di kantor?

(J)Saking lamanya gue mikirin konsep ini sampe untuk problem seperti inipun gue udah mikirin solusinya.
Itulah gunanya kenapa gue menyarankan anggota klub carpooling sebaiknya 9 orang dengan 3 mobil sekali jalan, karena kalo 1 mobil mendadak nggak bisa nganter pulang, maka 8 anggota sisanya bisa dengan nyaman didistribusikan ke 2 mobil yang masih ada. Empat orang per mobil, nggak terlalu desak2an kan?

(T)Terus, gimana kalo yang berhalangan 2 mobil?(J)Ya itu udah nasib namanya. Nggak ada plan yang 100% bebas masalah. Bawa mobil sendiri pun bisa aja tau2 ban kempes atau tali kipas putus, kan?

Peran pemerintah

Carpooling bisa lebih memasyarakat seandainya didukung sama pemerintah daerah. Caranya dengan kampanye carpooling, dan reward bagi orang-orang yang ber-carpooling. Selama ini kan yang namanya peraturan lalu-lintas selalu pendekatannya berupa sanksi buat yang melanggar. Dari stick and carrot, selama ini yang ada stick-nya melulu, nggak pernah ada carrotnya. Daripada cuma ancaman sanksi/hukuman bagi orang yang melanggar, kenapa nggak sekali-sekali program pemerintah diwujudkan dalam bentuk reward bagi perilaku yang udah positif?

Misalnya, di pintu tol, buat yang mobilnya berisi 3 orang atau lebih, di jam sibuk (06.00-10.00 pagi dan 16.00-19.00) dapet diskon ongkos tol, misalnya dari Rp. 4.000 jadi Rp. 3.000. Dananya dari mana? Pengelola tol mana mau rugi dengan ngasih diskon spt itu? Dananya bisa dari sponsor, imbalannya berupa masang reklame di sekitar pintu tol. Menjelang pintu tol kan orang biasanya ngantri, reklame yang dipasang di situ exposurenya akan gede banget, diliat sama ribuan orang bete yang nggak punya pemandangan menarik lain untuk diliat.

Atau kalo ngasih diskon dirasa memberatkan, bisa juga buat mobil berpenumpang 3 orang atau lebih dapet 1 kupon. Nantinya kupon bisa dikumpulin, (misalnya sampe 12-14) kupon dan dituker dengan oli, tune-up mesin, atau cuci mobil harga diskon atau gratis di merchant2 yang ditunjuk. Loh, kalo direward dalam bentuk kupon, orang akan terdorong untuk semakin sering menggunakan mobil lewat tol dong? Kan berlawanan dengan semangat carpooling?Nggak juga. Kuponnya dibedakan warna/tampilannya per bulan, dan para merchant juga hanya menerima kupon dari bulan yang sama, maksimal 1 bulan ke belakang. Misalnya, kupon2 yang keluaran Maret, batas pemakaiannya sampe akhir bulan April, dan ga bisa digabung dengan kupon keluaran April. Dan saat penukaran kupon juga dicatat nomor mobilnya, 1 mobil nggak bisa make kupon2 itu lebih dari satu kali. Artinya, percuma aja ngumpulin kupon banyak2, settingnya dibuat supaya jumlah kupon yang optimal sekitar 12-14 kupon aja, lebih dari itu nggak guna. Sistem kupon juga menguntungkan buat para sponsor karena nggak semua orang telaten ngurusin kupon. Coba aja liat pengalaman lo sendiri, seberapa sering sih lo telaten ngumpulin kupon untuk dituker sesuatu? Kupon selalu punya peluang besar untuk ilang atau nggak kepake sampe kadaluarsa. Artinya, sekalipun para sponsor menerbitkan kupon yang bisa dituker produk/jasa senilai X rupiah, pemakaian aktualnya paling cuma 60%-an.

Alternatif lain dari sistem kupon, kuponnya diundi. Sama seperti tadi, kuponnya dibedakan per bulan, dan setiap mobil berpenumpang 3 atau lebih dapet 1 kupon. Nanti kuponnya diisi, lengkap dengan nomer mobilnya, dan dikirim ke panitia atau bisa juga disediakan kotak di SPBU-SPBU. Seperti tadi juga, nomer mobil yang sama cuma bisa ngirim maksimal 14 kupon dari bulan yang sama. Periode undiannya per 3 bulanan, misalnya, dengan hadiah yang menarik misalnya rumah (asal jangan mobil!).

Nah demikianlah ide iseng gue selama 2 jam jalan kaki dari kantor ke rumah, mudah2an suatu hari nanti bisa jadi kenyataan dan ngurangin macet di Jakarta:-)