Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) adalah acara kumpul-kumpul tahunannya para penulis dan pembaca sejak tahun 2004. Tahun ini, rencananya akan dimulai tanggal 6 Oktober mendatang dan untuk pertama kalinya (kalo nggak salah) ada lomba penulisan flash fiction dengan maksimal 350 kata. Cara ikutnya ya tinggal mendaftarkan diri di situsnya, trus ketik cerita kita. Cerita kiriman pengunjung akan diseleksi oleh panitia, dan kalo lolos dipajang di situs UWRF. Pengunjung lainnya bisa ikutan baca cerita-cerita yang masuk. Kalo suka, kita bisa klik gambar jempol (vote up), kalo nggak suka klik gambar jempol terbalik (vote down). Uniknya, ada sistem minus dalam perhitungan vote-nya. Vote up = +1, dan vote down = -1. Jadi kalau sebuah cerita misalnya di-vote-up oleh 3 orang dan di-vote-down oleh 2 orang, maka nilai vote point-nya = 1.
Gue tadinya sama sekali nggak melihat ada yang salah dengan sistem voting ini, dan lumayan sering mampir untuk numpang baca cerita-cerita yang masuk. Bahkan sempet ikutan ngirim cerita, walau sampai hari ini belum ada tanda-tanda lolos seleksi namun juga nggak nerima email penolakan *curcol.
Nah, 2 hari terakhir ini kebetulan gue menemukan beberapa komentar yang mengeluhkan sistem voting flash fiction di UWRF. Intinya, sejumlah user mempertanyakan mengapa cerita mereka mengalami penurunan vote point. Waktu ngebaca komentar-komentar ini, gue pikir “ya tentu aja vote-nya bisa turun, kan bisa aja ada pengunjung yang klik vote-down”. Tapi kemudian gue jadi pikir-pikir lagi saat ada yang bilang bahwa ceritanya sampai kehilangan puluhan bahkan ratusan vote point! Lho, kok bisa?
Penasaran, gue melihat lebih teliti daftar 20 cerita dengan vote point terbanyak yang dipajang di situs UWRF:
Selain vote point, di daftar itu juga terpampang jumlah orang yang memberikan vote-nya untuk setiap cerita. Dengan adanya sistem minus, maka dengan mudah kita bisa mengetahui juga berapa vote-down untuk setiap cerita, yaitu:
Jadi kalau misalnya tercantum vote – point = 10 dan total voters = 30 orang, maka yang me-vote-down: 30 – 10 = 20 orang.
Sepintas, gue langsung bisa menangkap bahwa ada sejumlah cerita yang vote-down-nya lebih besar daripada vote-upnya, alias yang ‘nggak suka’ lebih banyak daripada yang ‘suka’, tapi cerita itu bisa masuk 20 besar.
Penasaran bergabung dengan faktor kurang kerjaan, gue input lah data vote dari 20 cerita teratas ke dalam excel, dan inilah dia hasilnya:

Luar biasa, dari 20 cerita teratas tersebut, 9 atau nyaris separuhnya memiliki vote-down 60% atau lebih. Rata-rata ke 20 cerita ini mendapat 47% vote-down. Yang terkena ‘pembantaian’ paling parah adalah cerita berjudul “Setia, Ayu, Ranum dan Cinta” dan “Usai” dengan masing-masing mendapat 65% vote-down.
Sayangnya situs ini nggak menyediakan data berapa rata-rata jumlah voter untuk setiap cerita, tapi dari hasil baca-baca secara acak, gue menemukan bahwa umumnya untuk cerita-cerita yang nggak masuk 20 besar, hanya mendapat porsi vote-down sekitar 15 – 20% aja.
Dengan kata lain, untuk cerita-cerita yang masuk 20 besar, arus vote-down mengalir deras lebih dari 2 kali lipatnya cerita non-20 besar.
Apa artinya?
Gue nggak mau berprasangka ya, tapi mau nggak mau terbersit kemungkinan adanya ulah ‘pihak-pihak tertentu’ yang mencoba merontokkan posisi cerita-cerita dengan vote – point terbanyak. Untuk apa? Apakah untuk menggolkan cerita mereka sendiri yang saat ini masih berada di bawah daftar 20 besar? Atau sekedar iseng bin sirik?
Yang jelas, situs ini mengijinkan pengunjung anonim untuk memberikan vote, sehingga akan mudah sekali diakali oleh orang-orang dengan sedikit pengetahuan tentang cara kerja internet browser.
Semoga aja dugaan gue salah, tapi kita saksikan aja pergerakan angka 20 cerita dengan vote terbanyak ini. Tanggal 24 September adalah batas akhir pemberian vote. Apakah akan ada cerita yang terdepak keluar dari 20 besar dan digantikan oleh cerita baru? Apakah akan ada cerita yang naik / turun peringkat secara drastis?
aku heran memang, kok bisa sebuah kompetisi menulis pemenangnya ditentukan oleh popularitas, yang ditentukan oleh anonim. jadinya persis kayak kontes-kontes di tipi, membuat yang benar-benar bagus dikalahkan oleh yang jelek tapi penulisnya populer.
Sini Gung , tgl 9 kantor gw bikin workshop di situ.
ya ampun….itu buku hadiah dari taun berapa belum disentuh juga ?? ckckckckck….
Kalo buat rame-ramean okelah. Toh mp jadi rame. Cuma sistem penjurian yang dipilih kok double. Ada sistem juri plus vote.. (Dan vote tidak dikasih tahu di awal).
Shanti: Ya itu.. Aku promosi kebalik di journal. Kalo cuma karena teman, gak harus milih aku. Kalo tulisan yang lain lebih baik silahkan vote aja. Sekaligus pembelajaran buat koncoisme voter. (kalo aku memilih arynsis dan asifortwins untuk jagoan tulisan di travel. Keren banget. Sayang kalah vote, karena emang kontak mereka ga banyak).
Siap vote….
eh tapi komen mas tiar sedikit banyak menjadi masukan juga kog buat gue yang suka jadi penyelenggara lomba2an hehe… walaupun lomba buat fun, tapi setidaknya harus serius bikinnya, ya tohhh…. 😀
jadi merasa kesindir hehe…waktu itu gue yang bikin lomba, dan pertimbangan gue adalah karena terlalu banyak yang ikut, dan semua yang bagus udah diluar limit gue untuk menentukan the best of the best, karena gue yakin banget semuanya bagus… jadi gue bikin voting, dan nggak semuanya bisa voting, gue juga nggak bikin vote melalui fitur mp karena rawan penipuan, tapi langsung dari reply supaya bisa di-locked… jadi lebih akurat jumlah dan identitas voternya, walaupun ini membuat gue lebih repot hehe…dan gue liat cara ini banyak ditiru sama mpers yang mengadakan lomba2 menulis, jadi gue rasa tergantung alasan voting kenapa, dan bagaimana cara pelaksanaannya aja menghindari hal2 yang bisa jadi alasan orang untuk mengecam… kan antisipasi juga mesti dilakukan, kecuali penyelenggara emang ngga niat bikin lomba, hehe…
dan pemenang salah satu hadiah novel malah belum baca bukunya sampai hari ini ya…*lirik lemari buku
mungkin diakali lewat anonymous IP
dia nggak tau sih ya, fansnya d*kt*r Vina sampe ribuan, mana mungkin apal satu-satu :-p
iya, itu cukup aneh
justru kalo diperhatikan, di peringkat atas (10 besar) lagi ada perubahan nilai vote secara dramatis, walaupun secara total penghuni top 20-nya nggak banyak berubah
kena vote-down juga ya?
kena vote-down juga ya?
silakan
dari segi nilai uang mungkin nggak seberapa tapi konon festival ini eksklusif jadi banyak yang penasaran 🙂
iya, konon kan jadi ajang jor2an kuat2an beli pulsa untuk sms.
ada berapa orang yang kenal dari daftar top 20 ini?
di FB suka ada yang bikin juga ya, lomba banyak2an comment?
hah? enggak ya? kirain ditanggung juga..*delete2in vote-down yang udah telanjur diklik, takut menang tp nggak pny ongkos.
mending kalo cuma mendongkrak popularitas sendiri, ini pake menjatuhkan orang lain – sungguh aneh.
aku waktu ngadain lomba tebak2an di mp, karena lombany tidak membutuhkan keahlian khusus (bukan lomba nulis/moto yg dinilai kualitasnya), jadi lebih memilih pemenangnya ditentukan oleh nasib. nama semua peserta ditulis dan dikocok, yg namanya keluar itulah pemenangnya 🙂
oh, karena waktu lomba travel itu hadiahnya menggiurkan, aku dong bikin jurnal minta di vote …hahahaha…soalnya juga yakin karyaku layak divote kok *pede*
:)Cape de ya ama orang yg iseng jugah ngevote down hahaha.Emang cukup VOTE kalo suka Kalo gak suka ga usah VOTE ya?Wah cerita ‘Setia, Ayu , Ranum dan Cinta’ ituh punya temen gue, babeh Helmi -aktivis Kompasiana. Mmmm…Dan yang ngeluh juga temen gue Alex, ‘Kakak dan teknologi’ yang followersnya di twitter banyak bener emang.Jadi motivasi apa dibalik vote down?Sistem pdhal berdsrkan IP adress lho, jd misal gue uda vote dr pc kantor seklai, gak akan bisa vote lagi di cerpen yang sama kalo dr pc kntr.Kalo gue pribadi,cerita gue ‘Yang Tak Kuketahui Dari Bapak’ ( http://flashfiction.ubudwritersfestival.com/2010/09/yang-tak-kuketahui-dari-bapak/ ) juga ada vote down , 104 vote ratingnya 94 :)Wah gue jadi curhat yak?? :PNice tulisan.. aseli ituh data excell akurat bener yak??? TOPIjin share ya tulisan lo-GaL-
Mendingan lomba dijuriin sendiri dan dpt coklat korea, ya :)Waktu lomba travel, dan karya pilihan akan divote.. aku malah nyanyi: JANGAN MEMILIH AKU. (kalau cuma karena koncoisme)
Padahal vote normal aja udah (ada potensi) ga sportif.
Sebagai mantan pemburu hadiah, hadiahnya gak ada yang menarik. Mending lomba review ldl-nya vina dapat coklat korea. Ini cuma dapat nama aja. Tiket menghadiri juga gak sebanding dengan tiket pesawat dan akomodasi yang kita harus tanggung. Bahkan sebagai ajang latihan menulis pun tak layak. Karena peserta yang lain gak mentingin itu. Mereka boyongan untuk memilih teman mereka, dan mendislike saingannya.
wah… kenapa bikin vote down segala?…. malah jadi nggak sportif deh…
link please….
Ember, m’Tiar!Kapan dulu itu pernah loh aku di-PM oleh seseorang yang tidak dikenal (tapi gayanya sok kenal level sejuta), minta di-vote.Pas aku tanya baik-baik, “Er, maaf! ini siapa, ya?”.Eeeh, dianya malah agitated, ‘Duh, masak sih enggak kenal? Ini X. Vote gue, yaa …”Idih, ogah!
Aku ikutan tapi cuma buat iseng-iseng aja. Nggak promo besar-besaran juga karena memang cuma mau iseng aja. Tulisan bisa dibaca beberapa (nggak mau bilang banyak) orang, yang suka dan vote ya Alhamdulillah dan terimakasih, yang nggak suka dan juga vote (down) ya Alhamdulillah dan terimakasih juga karena sudah bersedia baca 😀 Aku juga smpt mikir kenapa pergerakan 20 besar itu keliatannya lambat banget, atau bahkan cenderung statis, emang sebegitu mighty nya sampai nggak kekejar yang lainnya? yah well… apapun motifnya deh, semoga mereka mendapatkan apa yang mereka kejar itu.
Pernah ngalami 2x pas ikut lomba design aksesoris 🙁
liat [doang]
hadiahnya menggiurkan tp syaratnya berat ya..:(
Dah jd kyk semacam ajang dgn sms ya…?
dan kalo liat judul yang top 20… kok ya gak pengin baca. gak ada energi penariknya…
paling asyik lomba di mp yang gak pake vote.lebih seru. kalo vote.. banyak-banyakan kenalan lah. bukan mutu.
apalagi gak ada hadiahnya 🙁
Wah, gila, parah bgt. Untung gak ikutan.En emang gue gak suka sistem vote. Gak fairApalagi dg sistem vote down en siapapun bisa kasih vote.Wah kasian temen2 gue yg diperingkat atas. 🙁
Saya paling gak suka ikutan lomba yang begini, pake sistem vote dan kalau di FB like n comment sungguh menyebalkan. Penilaian juri yang murni, lebih menyenangkan.
Engga mau ikut lomba ini.- penilaian sistem vote, ga profesional!- hadiahnya tiket masuk tapi tiket pesawat dan akomodasi gak ditanggung, ga profesional juga.- pemenang jadi dewan juri tahun depan. Suruh modal sendiri lagi deh…ditambah lagi vote down, tambah kacau dah..
demi popularitas apapun dilakukan…