Stonegrill Dining

Tempat ini sering banget gue lewatin, karena lokasinya nggak jauh dari kantor di kuningan. Tapi justru karena tempatnya deket kantor, niatan untuk nyoba malah batal melulu karena menu makan siang lebih didominasi oleh nasi padang ketimbang steak.

Malam ini, istri rewel minta dijajanin “bakar-bakaran” – tentunya yang dia maksud bukan jagung. Maka gue buka-buka website andalan untuk nyari referensi makananan, makanmulu.com. Di situ gue ngubek di section ‘steakhouse’ dan menemukan review 2 orang pengunjung tempat ini. Kebetulan dua-duanya ngasih nilai yang bagus, dan disertai dengan deskripsi yang lumayan detil pulak, maka meluncurlah gue, isri, plus bonus Sigit ke sana.

Walaupun papannya terpampang jelas di pinggir jalan, ternyata resto ini posisinya rada nyelip di bagian belakang Kantor Taman. Tempatnya nggak terlalu besar, cuma ada sekitar 50 kursi. Interior ruangan didominasi warna hitam dan merah sesuai logonya. Pilihan musiknya berada pada volume dan jenis musik yang pas dan nggak annoying.

Yang ‘unik’ dari tempat ini adalah; steak disajikan mentah ke hadapan pengunjung. Untuk memasaknya, piringnya dilengkapi dengan sebuah batu panas berbentuk segi empat. “Panas batunya bisa bertahan sampai sekitar setengah jam,” kata waiter-nya menjawab pertanyaan Ida yang kuatir steaknya kurang mateng. Secara umum, pelayanan para waiternya baik dan informatif, nggak segan menjawab pertanyaan tamu yang masih gaptek belum pernah makan di sini.

Menu yang kami coba: Black Angus Tenderloin (gue), Black Angus Rib-Eye (sigit), dan Mixed Grill (Ida). Nggak pinter masak steak? Jangan kuatir, waiternya dengan sigap membantu memberikan tips cara memotong dan membolak-balik daging biar matengnya merata. Nggak usah kuatir ketemu daging alot juga, karena kualitas daging yang tersaji di resto ini rata-rata tergolong tinggi. Mungkin sapinya diajak ngomong baik-baik sebelum disembelih, jadi nggak banyak berontak, gitu loh.

Selain steaknya gue juga nyoba mushroom soup. Buat para penggemar jamur-jamuran, pasti akan suka dengan soup ini karena rasanya yang ‘jamur banget’, kayaknya dibikin dari jamur yang diblender deh. Makanya warnanya item kaya rawon.

Sebagai penutup, kami memilih hidangan sehat: buah potong. Kata Ida, bahkan buahnya pun enak. Kayaknya mas-mas di bagian pembelian bahan bener-bener jago milih bahan-bahan terbaik.

Singkat kata, 5 bintang untuk tempat ini. Damage cost sekitar 200-300k per pax rasanya sepadan dengan kualitas makanan yang disajikan. Kalo berkunjung ke sini di saat weekend, atmosfirnya juga cocok untuk ‘main bisik-bisikan’ :-))

Update: dengan sangat menyesal gue informasikan bahwa tempat ini sekarang udah tutup!

16 comments


  1. ada menu daging wagyu grade 8-9 juga, harganya sekitar 380 ribuan. Asli mahal :), tapi sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Pas kemaren makan, cuma beli salmon steak (yang paling murah). Salmonnya ga terlalu segar, baunya agak amis. Ga cocok dimakan medium rare.


  2. ailtje said: Percaya gak percaya, katanya kalau penjagal yang baik, sapinya dibuat happy dulu sebelum dijagal, jadi si sapi nggak nyangka kalau mau dijagal ^_^eniwei,main bisik-bisikan itu apa yaks???

    di peternakan modern, biasanya hal-hal seperti ini udah dilakukan otomatis oleh mesin, jadi masalah “feeling” sapi sudah pasti bukan faktor penentu =)yang membedakan, untuk steak houses selain dari kualitas dagingnya emang bagus, biasanya si daging ini lantas ada treatment khusus juga yang dikenal dengan “aging”; di angin2kan selama tiga hari di ruangan khusus supaya si daging jadi lebih “relax” pasca trauma disembelih, dan enzim-enzim sudah bekerja optimal untuk membantu melunakkan tekstur si daging. hasilnya? top quality beef in top cooking condition.


  3. mbot said: Mungkin sapinya diajak ngomong baik-baik sebelum disembelih, jadi nggak banyak berontak, gitu loh.

    Percaya gak percaya, katanya kalau penjagal yang baik, sapinya dibuat happy dulu sebelum dijagal, jadi si sapi nggak nyangka kalau mau dijagal ^_^eniwei,main bisik-bisikan itu apa yaks???